Soloraya
Sabtu, 2 April 2022 - 00:39 WIB

Solo 10 Besar Kota Paling Toleran, Psikolog: Rasa Tidak Aman Masih Ada

Afifa Enggar Wulandari  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi toleransi. (freepik)

Solopos.com, SOLO — Solo menduduki peringkat kesembilan kota paling toleran berdasarkan laporan Indeks Kota Toleran (IKT) Indonesia 2021 dengan skor 5.783 versi Setara Institute. Sebelumnya pada 2020 Kota Solo menempati urutan ke-37 dengan skor 5.217.

Riset dilakukan di 94 kota di Indonesia. Kondisi tersebut dinilai didukung oleh keseriusan Kota Solo sebagaimana dijabarkan pada (RPJMD) Kota Solo 2021-2026. Ada kerukunan umat beragama, inklusivitas, dan pengarusutamaan gender menjadi arah pembangunan Kota Solo.

Advertisement

Psikolog sosial Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Mohammad Abdul Hakim, menilai prestasi tersebut memang cukup menunjukkan keberhasilan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dalam mengelola keberagaman.

Baca Juga: Kota Solo Masuk Lagi Dalam 10 Besar Kota Toleran di Indonesia

Advertisement

Baca Juga: Kota Solo Masuk Lagi Dalam 10 Besar Kota Toleran di Indonesia

Namun, Hakim menilai survei kota toleran yang menempatkan Solo di posisi kesembilan tersebut masih bersifat umum. Artinya survei hanya menangkap persepsi warga terhadap toleransi di Kota Solo secara keseluruhan. Survei tidak menangkap tindakan-tindakan khusus intoleransi yang terjadi.

“Menurut saya, hasil survei dari Setara tersebut menunjukkan pemerintah kota dan warga cukup berhasil mengelola kemajemukan. Ranking ke-9 dari 94 kota artinya Kota Solo masuk ke dalam 10% teratas kota dengan tingkat toleransi baik. Akan tetapi, survei semacam ini sifatnya umum,” jelas Hakim saat dihubungi Solopos.com, Jumat (1/4/2022).

Advertisement

Baca Juga: Solo Peringkat Ke-9 Kota Paling Toleran, Gibran: Warganya Open Minded

Bila penjagaan masih ada, hal itu bisa menjadi potret masih adanya rasa tidak aman dan potensi ancaman. “Betul sekali [masih adanya rasa tidak aman],” katanya.

Abdul Hakim mengatakan nilai-nilai toleransi bisa dikatakan membumi jika setiap warga merasa bebas dan nyaman untuk mengaktualisasikan keyakinannya tanpa merasa takut atau terancam. Jika masih ada penjagaan petugas keamanan, artinya kekhawatiran itu masih ada.

Advertisement

Koordinator Jaringan Gusdurian Solo, M Ajie Najmudin, mengatakan tak ada masalah dengan penilaian Solo masuk 10 besar Kota Paling Toleran. Hal itu tentu menjadi kebanggaan untuk warga.

Baca Juga: Solo Masuk 10 Besar Kota Paling Toleran Versi Setara Institute

Namun, Ajie juga mengingatkan terkait kesesuaian indikator penilaian survei dengan realitas yang terjadi di masyarakat. “Sah-sah saja. Ini tentu menjadi kebanggaan bagi warga Kota Solo yang sangat plural, namun dapat menjaga kerukunan. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah mengenai tolok ukur penilaian. Apakah antara tolok ukur dan kenyataan sudah sesuai?” kata Ajie, Jumat (1/4/2022).

Advertisement

Sentimen Kelompok

Gusdurian juga menilai masyarakat Kota Solo cukup rukun dan toleran. Meski di beberapa momentum politik isu-isu SARA dan sentimen kelompok masih kerap kali diangkat.

“Kemudian kami dari Gusdurian Solo melihat realita di Solo, memang dari pengamatan kita memang masih tergolong masyarakat guyub. Meski di beberapa momen politik, isu SARA, sentimen agama dan ras masih kerap kali diangkat,” imbuh Ajie.

Baca Juga: Singkawang Kota Paling Toleran, Kota Solo Nomor 9

Sama halnya dengan Abdul Hakim, Ajie menilai masih ada tindakan-tindakan intoleransi yang terjadi beberapa tahun terakhir di Kota Solo. Di antaranya protes mozaik di kawasan Tugu Pemandengan depan Balai Kota Solo yang dinilai merupakan simbol agama tertentu.

“Akhirnya karena ngalah atau apa kemudian dihapus. Padahal pembuatan ornamen tersebut diadopsi dari budaya Jawa, bukan salah satu agama. Di Pasar Kliwon juga ada penyerangan terhadap kelompok tertentu, perusakan makam yang dianggap sebagai simbol yang bisa merusak keimanan,” imbuh Ajie.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif