Soloraya
Rabu, 2 Oktober 2019 - 10:30 WIB

Solo Deflasi 0,26% pada September 2019 Dipicu Faktor Ini

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi atau deflasi. (wilsonrevunplugged.blogspot.com)

Solopos.com, SOLO — Perekonomian Kota Solo mengalami deflasi 0,26% pada September 2019. Komoditas utama menyumbang deflasi di antaranya adalah petai, daging ayam ras, dan bawang merah.

Berdasarkan berita resmi statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, pada September 2019, Solo mengalami deflasi dengan indeks harga konsumen sebesar 131,83. Deflasi disebabkan oleh adanya penurunan harga-harga yang ditunjukkan oleh turunnya angka indeks harga konsumen.

Advertisement

Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks harga yaitu kelompok bahan makanan turun 2,25% dan kelompok kesehatan turun 0,07%.

Sebaliknya kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,29%; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik 0,07%; kelompok sandang naik 1,24%; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga naik 0,24% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan naik 0,13%.

Dari enam kota di Jawa Tengah (Jateng) yang dihitung angka inflasinya, pada September 2019 tercatat semua kota mengalami deflasi. Deflasi terbesar terjadi di Kota Purwokerto sebesar 0,50%, kemudian Kota Cilacap 0,46%, Kota Tegal 0,34%, kota Solo 0,26%, Kota Semarang 0,18% dan Kota Kudus 0,16%.

Advertisement

Menurut Kepala BPS Solo, Totok Tavirijanto, beberapa komoditas yang menjadi penyumbang deflasi di antaranya adalah petai yang memberi andil 0,10%, daging ayam ras dengan andil 0,06%, bawang merah sebesar 0,04%, telur ayam ras sebesar 0,04% dan cabai rawit yang memberi andil deflasi 0,03%.

“Kelompok yang mengalami deflasi tinggi itu ada di bahan makanan 2,25%. Kemudian diikuti kesehatan,” kata dia di kantornya, Selasa (1/10/2019).

Terkait penurunan yang terjadi pada sejumlah komoditas, Kasi Statistik Distribusi BPS Solo, Herminawati, mengatakan hal itu dimungkinkan ada kaitannya dengan masuknya bulan Asyura atau Sura.

Advertisement

“Jadi ini belum tentu mewakili kondisi normal karena kemarin masuk Asyura. Tradisi orang Jawa, saat Asyura tidak ada hajatan. Untuk Oktober kemungkinan sudah berjalan normal,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif