Soloraya
Jumat, 12 November 2021 - 07:00 WIB

Solo Hari Ini: 12 November 2015, Ratusan Pelayat Lepas Gusti Noeroel

Solopos.com  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemain film, Marcella Zalianty, mendoakan jenazah putri Mangkunegoro VII, G.R.Ay. Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemowardhani Soerjosoejarso, saat disemayamkan di Pura Mangkunegaran, Solo, Rabu (11/11/2015). Jenazah dimakamkan di Astana Girilayu Matesih Karanganyar. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Enam tahun lalu, ratusan pelayat memberikan penghormatan kepada putri K.G.P.A.A. Mangkunagoro VII, G.R.Ay. Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemowardhani Soerjosoejarso, yang meninggal dunia di Pendapa Pura Mangkunegaran Solo.

Solopos.com edisi Kamis (12/11/2015) mengabarkan perempuan yang akrab disapa Gusti Noeroel atau Gusti Nurul itu berpulang di usianya yang cukup sepuh, 94 tahun, pada Selasa (10/11/2015).

Advertisement

”Di mata kami, ibu adalah orang yang cukup demokratis. Anak-anak putrinya tak hanya diajari menari, tapi juga berenang, naik kuda, atau main tenis,” ujar putra sulung Gusti Noeroel, K.P.H. Soelarso Basarah Soerjosoejarso, sebelum pemberangkatan jenazah Gusti Noeroel dari Pura Mangkunegaran menuju Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar, Rabu (11/11/2015).

Baca Juga: Suksesi Pemimpin Mangkunegaran Solo Tak Pernah Geger, Apa Rahasianya?

Meski demokratis, namun Gusti Noeroel tetap berpijak pada akar tradisi Jawa. Hal itu dibuktikan dari kepiawaiannya menari. Karena tariannya itu pula, Ratu Wilhelmina dari Belanda terkagum-kagum dan memberinya gelar De Bloem van Mangkoenegaran atau Kembang dari Mangkunegaran.

Advertisement

Sebagai putri raja, Gusti Noeroel banyak dikenal sebagai sosok antifeodal. Ia menjadi perempuan inspiratif karena semangat feminim, kemandirian, dan kesederhanaanya. Ia bahkan dikenal sebagai perempuan yang menolak poligami, sebuah sikap yang bertentangan dengan arus zaman kala itu.

”Pesan ibu yang masih saya ingat kala itu, ’Nduk, yen wani kawin kudu metu saka Pura Mangkunegaran. Sebabe, yen kowe isih neng Keraton, bakal loro atimu margo diselir’. [Nak, jika berani menikah, harus keluar dari Pura Mangkunegaran. Sebab, jika masih di Keraton, hatimu bakal sakit karena dimadu],” aku R.Ay. Radika Wiyarti, putri kelima Gusti Noeroel.

Baca Juga: Deklarasi Dukung Duet Paundra & Bhre Pimpin Pura Mangkunegaran Solo

Alasan inilah yang membuat Gusti Noeroel semasa mudanya menolak didekati sejumlah tokoh bangsa kala itu, seperti Presiden pertama Soekarno, Perdana Menteri Sutan Sahrir, Hamengkubuwono IX, atau KSAD kala itu, G.P.H. Djatikusumo.

Advertisement

Menurut Soelarso, alasan ibunya menolak didekati tokoh-tokoh tersebut juga karena alasan poligami. ”Ibu memang tak secara langsung menuding poligami. Namun, ia sudah antisipasi jika menikahi tokoh-tokoh tersebut, pasti susah untuk tak dipoligami,” paparnya.

Dia memilih hidup sederhana di luar tembok Keraton dengan menikahi seorang personel militer yang masih sepupunya, R.M. Soerjosoejarso.

Baca Juga: HKMM Dukung Duet Paundra – Bhre Pimpin Pura Mangkunegaran Solo

”Sejak menikah itulah, ibu memilih tinggal di Bandung bersama suaminya. Ibu juga pernah tinggal berpindah-pindah, seperti Magelang dan Madiun,” ujarnya.

Advertisement

Jenazah Gusti Noeroel tiba di kompleks Astana Girilayu sekitar pukul 13.00 WIB. Beberapa kerabat dan abdi dalem Pura Mangkunegaran langsung menggotong peti jenazah ke musala astana.

Di musala, beberapa kerabat dan para pelayat melakukan salat jenazah sebelum pemakaman. Setelah disalatkan, jenazah Gusti Noeroel dibawa ke lubang pemakaman yang berdekatan dengan makam ayahandanya, Mangkunagoro VII.

Baca Juga: Kerap Dipanggil ke Jakarta, Rudy: Megawati Suka Tanyakan Mangkunegaran

Makam jenazah Gusti Noeroel itu berdampingan dengan makam suaminya, R.M. Soerjosoejarso, yang meninggal dunia tahun 1999. Puluhan kerabat dan anggota keluarga Pura Mangkunegaran khusyuk mengikuti prosesi pemakaman.

Advertisement

Artis papan atas Tanah Air, Marcella Zalianty, juga tampak hadir saat pemakaman untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhumah Gusti Noeroel.

Juru kunci Astana Girilayu, Bei Hadi Astana, saat ditemui wartawan di sela-sela prosesi pemakaman, mengatakan penggalian makam Gusti Noeroel dilakukan Selasa (10/11/2015) malam.

Baca Juga: Merawat BCB, Ratusan Anggota TNI AU Bersihkan Kawasan Mangkunegaran

Hadi mengatakan kecantikan Gusti Noeroel saat muda bak elok separuh dunia. ”Konon dulu beliau berparas sangat cantik,” ujar dia.

Kerabat Pura Mangkunegaran, K.P.P.A. Purbodiningrat, menyatakan semasa hidupnya Gusti Noeroel berkepribadian bijaksana pun pandai bergaul. Tak hanya itu, Gusti Noeroel dinilai berwawasan luas dan intelektualitas di atas rata-rata. Dia menjelaskan Gusti Noeroel menguasai bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia.

Kesaksian yang sama disampaikan kerabat lain dari keluarga Pura Mangkunegaran, K.R.T.H. Hartono Wicitrokusumo. Menurut dia, semasa hidupnya, Gusti Noeroel adalah sosok pemersatu keluarga besar Pura mangkunegaran, termasuk saat dihantam gelombang permasalahan.

Advertisement

Baca Juga: Paundra Curhat Minta Dihargai, Ini Respons Kerabat Mangkunegaran

Dia berharap kepribadian Gusti Noeroel bisa diteladani para penerus keluarga Pura Mangkunegaran. ”Gusti Noeroel adalah sosok yang arif dan bijaksana. Dia mampu mempersatukan seluruh kerabat Pura Mangkunegaran. Jiwa kepemimpinan sudah muncul sejak muda,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif