Soloraya
Selasa, 31 Januari 2023 - 18:49 WIB

Solo is Solo, Sekumpulan Seniman Solo Menyulap Koridor Gatsu Berhias Mural

Nova Malinda  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pejalan kaki melintasi mural 3D di Kemlayan, Serengan, Solo, Selasa (31/1/2023). (Solopos.com/Putut Hartanto)

Solopos.com, SOLO —Cerita sekelompok seniman mural yang melukis di tembok-tembok sepanjang Jalan Gatot Subroto dimulai sejak 2017. Koordinator Program “Solo is Solo”, Irul Hidayat, berbagi kenangan saat kali pertama acara Festival Mural Solo Is Solo diadakan. Kala itu, festival mural didukung langsung Pemerintah Kota Solo.

“Itu masih dilakukan di sepanjang koridor Gatsu [Jalan Gatot Subroto],” kata dia saat ditemui di kantor pusat sekretariat, Kemlayan, Selasa (31/1/2023).

Advertisement

Sukses mengadakan festival mural yang pertama, Pemkot Solo memberikan dukungannya kembali pada event ke dua pada 2018. Tempatnya masih sama, hanya ditambah satu gang paling utara di lampu merah Jalan Gatot Subroto ikut di hiasi mural. Dua tahun pelaksanaan festival mural tersebut melibatkan sekitar 40 kelompok komunitas muralis, berjumlah sekitar 100 orang.

Komunitas tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari kelompok profesional hingga mahasiswa, anak muda yang punya bakat melukis mural secara autodidak.

Advertisement

Komunitas tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari kelompok profesional hingga mahasiswa, anak muda yang punya bakat melukis mural secara autodidak.

Agenda tahunan tersebut sempat terhenti saat pandemi menyerang. Kemudian, festival kembali diadakan secara spektakuler pada 2022. Program Solo is Solo menggambar mural di Koridor Gatsu tersebut di danai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR). Saat di tanya, Irul enggan menjawab soal dana yang diberikan.

“Bersama dengan revitalisasi Koridor Gatsu Kementerian PUPR, itu juga salah satu bagiannya adalah memperbarui mural-mural,” ungkapnya.

Advertisement

Pertama, di Gang Empu Panilih mendapat sentuhan mural bercorak abstrak. Gang Empu Sedah mendapat sentuhan mural bercorak 3D interaktif yang dimiripkan dengan destinasi wisata mural di Malaysia.

“Sangat unik [di Gang Empu Sedah], jadi nuansa asli kampungnya masih terasa,” kata dia.

Selanjutnya di Gang Empu Gandring banyak karya-karya mural kontemporer. Kemudian di Gang Empu Barada banyak karya mural 3D bertema kuliner di Solo, misalnya dawet, wedangan angkringan, dan nasi liwet. Lalu di Jalan Bedoyo yang satu jalur menuju rumah Maestero Keroncong, Eyang Gesang, ada mural Eyang Gesang dan mural sejarah lokananta.

Advertisement

Di Gang bagian utara pedagang gravity penuh dengan mural gravity. Sampai akhirnya seni mural juga berkembang ke Koridor Jalan Ngarsopuro.

“Bernuansa etnik, mural-mural di sana mural batik, ada di dinding dan tiang-tiang tempat saklar,” kata dia.

Kemudian di kawasan Jalan Madura depan Pasar Triwindu sepanjang 500 meter. Di kanan kiri sepanjang jalan tersebut diberikan sentuhan mural bertema keseharian warga Solo. Baik tembok di sepanjang gang maupun gedung-gedung tinggi mayoritas mendapat sentuhan mural dari para seniman.

Advertisement

Dalam proses menggambar mural para seniman juga berkoordinasi dengan pemilik toko dan tembok yang akan digambari mural. Sehingga ada sinergi antara keduanya. Keberadaan koridor mural di sana memberikan ruang ekspresi bagi para seniman di Kota Solo.

Salah satu warga yang tinggal di Kemlayan, Hafid Ahmad mengaku kawasan di sepanjang jalan gangnya tambah terlihat bagus, meriah, dan mendapat banyak perhatian dari para pejalan kaki yang melewati.

“Kulo jane ngelak, tak pikir wedangan, ternyata enggak,” ucapnya berkelakar ketika ditemui di rumahnya.

Beberapa anak anak hingga remaja banyak yang berswafoto di sepanjang gang.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif