Soloraya
Sabtu, 4 Maret 2023 - 10:00 WIB

Solopos Hari Ini: Ancaman di Jalanan Soloraya

Tim Solopos  /  Nimatul Faizah  /  Afifa Enggar Wulandari  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Sabtu-Minggu (4-5/3/2023).

Solopos.com, SUKOHARJO — Tak habis-habisnya kerusakan jalan dikeluhkan oleh masyarakat. Keluhan yang paling ramai tentu di media sosial khususnya Instagram. Akun-akun yang biasanya mengunggah atau membahas masalah publik biasanya menjadi sasaran warganet untuk melepas unek-unek. 

Keluhan soal jalan rusak biasanya paling banyak terjadi saat musim hujan. Tingginya curah hujan biasanya diikuti dengan kerusakan jalan yang cukup parah. Kerusakan jalan ini pun bisa mengakibatkan kecelakaan lalu lintas yang berujung kematian. 

Advertisement

Misalkan saja di Kabupaten Sukoharjo. Satlantas Polres Sukoharjo mencatat adanya 10 kasus kecelakaan lalu lintas akibat jalan berlubang pada kurun waktu Januari-Februari 2023, satu di antaranya menyebabkan kematian. “Ada kasus meninggal akibat jalan berlubang di jalan raya Solo-Wonogiri. Tepatnya di Simpang Tiga Songgorunggi, Dukuh Songgorunggi RT 001/RW 006, Desa Kepuh, Nguter, Sukoharjo,” kata Kepala Urusan Pembinaan Operasi Lalu Lintas (KBO) Satlantas Polres Sukoharjo, Iptu Wuri Handayani, beberapa waktu lalu.

Sementara sembilan kecelakaan lain akibat jalan rusak tercatat mengakibatkan luka ringan di antaranya di jalan raya Sanggang (Bulu), Sugihan-Dono (Bendosari), jalan raya Mulur Sidan (Polokarto), dan dua kasus di jalan raya Solo Jogja di utara Tugu Ireng (Gatak). Selain itu kecelakaan juga tercatat di jalan raya Bekonang-Sukoharjo, Bekonang-Cangkol, Simpang Empat Pandawa, dan juga Jalan Duwet-Siwal (Baki). Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Sabtu-Minggu (4-5/3/2023). 

Advertisement

Sementara sembilan kecelakaan lain akibat jalan rusak tercatat mengakibatkan luka ringan di antaranya di jalan raya Sanggang (Bulu), Sugihan-Dono (Bendosari), jalan raya Mulur Sidan (Polokarto), dan dua kasus di jalan raya Solo Jogja di utara Tugu Ireng (Gatak). Selain itu kecelakaan juga tercatat di jalan raya Bekonang-Sukoharjo, Bekonang-Cangkol, Simpang Empat Pandawa, dan juga Jalan Duwet-Siwal (Baki). Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Sabtu-Minggu (4-5/3/2023). 

Sambeng, Kelurahan Terpencil Berwilayah Hutan Jati

BOYOLALI — Umumnya wilayah yang berstatus kelurahan berada di perkotaan di mana pimpinan wilayah dan perangkatnya semua berstatus pegawai negeri sipil (PNS) dan pemerintah kabupaten atau kota setempat. Namun ada satu kelurahan di Kabupaten Boyolali yang unik karena letaknya bukan di wilayah perkotaan melainkan justru terpencil di perbatasan dengan Kabupaten Grobogan. 

Advertisement

Marno menyebut dipilihnya Dukuh Klumpit di Sambeng Timur untuk lokasi kantor kelurahan karena lebih dekat dengan kantor Kecamatan Juwangi. Jarak tempuh dari Sambeng Barat ke kecamatan berkisar 1 jam, sedangkan dari Sambeng Timur hanya sekitar 10 – 20 menit dengan kendaraan bermotor.

Soal nama Sambeng, Marno mengaku tak banyak tahu sejarahnya. Namun, berdasarkan cerita-cerita leluhurnya, kata Sambeng berasal dari bahasa Jawa “samben” atau sambilan. “Tapi ceritanya kenapa ‘samben’ itu saya kurang tahu, para sesepuh itu dulu bilangnya begitu,” jelasnya. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Sabtu-Minggu (4-5/3/2023). 

Tunda Punya Anak, Hanya 3 Jam di Rumah

Advertisement

SOLO — Sebuah utas dari pemilik akun Twitter @tirta_cipeng, Minggu (22/1/2023), membahas tentang sederet tantangan menjalani pendidikan untuk menjadi dokter spesialis. Pemilik akun itu yakni dr. Tirta. Namanya cukup dikenal karena beberapa kali tampil di media sosial dengan sejumlah pendapat kontroversial.

Melalui utas tersebut, Tirta ingin menggambarkan betapa panjang jalan yang ditempuh untuk menjadi seorang dokter spesialis. Selain panjang, jalan tersebut cukup terjal. Banyak dana yang harus dikeluarkan. Belum lagi tekanan dan tuntutan mereka dalam proses pendidikan.

Espos mencoba menelusuri bagaimana pengalaman para dokter menempuh pendidikan dokter spesialis. Dan memang benar, banyak sekali tantangan yang tergambar dari sejumlah keterangan narasumber yang kami temui.

Advertisement

Seperti kisah T, 34, seorang calon dokter spesialis. Saat ini, ia sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Perbicangan dengan Espos, Selasa (28/2/2023), membawa T pada ingatan masa lalu. T ingat betul bagaimana perjuangannya untuk bisa mengikuti PPDS 2018 lalu. Selengkapnya di halaman Weekend Harian Solopos edisi Sabtu-Minggu (4-5/3/2023).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif