SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Sabtu (18/6/2022).

Solopos.com, SOLO — Sejumlah masalah muncul saat para calon peserta didik mengikuti penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMA/SMK tahun pelajaran 2022/2023. Salah satu kendala yang muncul adalah koordinat tempat tinggal yang bermasalah.

Lebih dari 35 orang melaporkan kendala ataupun pertanyaan yang muncul selama proses PPDB SMA/SMK 2022/2023. Laporan itu diterima Cabang Dinas Pendidikan Wilyah VI Jawa Tengah yang berlokasi di Kota Solo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Jumlah aduan tersebut muncul sejak Kamis (16/6/2022) hingga Jumat (17/6/2022) berdasarkan catatan daftar tamu yang di ruang pelayanan informasi PPDB SMA/SMK Cabang Disdik Wilayah VIl Jateng. Pada Kamis, muncul sebanyak 23 laporan dan pada Jumat ada 14 laporan.

Sementara itu, tahap pengajuan akun, verifikasi berkas, dan aktivasi akun PPDB SMA/SMK negeri se-Jawa Tengah baru dimulai 15 Juni 2022. Tahap itu akan berakhir 28 Juni 2022 mendatang.

Baca juga: 4 Masalah Ini Dihadapi Calon Siswa SMA/SMK Solo Saat Mendaftar PPDB

Berdasarkan catatan Solopos, ada empat jenis masalah yang disampaikan oleh orang tua ataupun calon peserta didik SMA/SMK. Di antaranya permasalahan koordinat tempat tinggal tidak sesuai sebanyak lima orang, nomor cetak kartu keluarga (KK) bermasalah, bantuan verifikasi akun, dan keterangan lain seputar PPDB yang tak dituliskan secara detail.

Dua petugas Cabang Disdik Wilayah VIl Jateng, enggan memberikan keterangan lanjut terkait informasi seputar PPDB. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Sabtu (18/6/2022).

Keresahan Pedagang Pasar Joglo di Depan Mata

SOLO — Proyek pembangunan rel layang Joglo tak hanya memaksa warga kian akrab dengan kemacetan meskipun hanya sementara. Proyek itu juga membuat Pasar Joglo dan para pedagang di dalamnya berpindah tempat. Seperti pedagang di pasar-pasar lainnya, berpindah tempt bukan perkara mudah.

Ada berbagai masalah yang mereka pikirkan, mulai dari adaptasi dengan lokasi baru hingga risiko hilangnya para pembeli. Beberapa pedagang, Pasar Joglo berharap masih bisa berjualan di lokasi itu saat pembangunan rel layang simpang Joglo.

Sebagai pasar tradisional yang dekat dengan permukiman wanga, para pembeli Pasar Joglo memang berasal dan warga sekitar pasar saja. Hal tersebut dituturkan Ratno, pedagang yang berjualan di los dalam Pasar Joglo.

Baca juga: Pasar Joglo Solo Harus Direlokasi, Pedagang: Sama Saja Babat Alas!

“Ya penginnya bisa jualan di sini. Sini itu kan pelanggannya cuma orang-orang sekitar, depan itu, sini-sini saja,” kata Ratno saat berbincang dengan Espos di pasar itu, Jumat (17/6/2022) siang. Jika harus berpindah ke lokasi baru, Ratno mengaku harus babat alas alias merintis dari nol dan belum tentu bisa kembali ke kondisi semula.

Pindah lokasi, menurutnya, juga bukan sesuatu yang mudah bagi pedagang pasar tradisional. Apalagi pelanggannya merupakan warga sekitar pasar. “Ibarate babat alas kan. Ya sini pembelinya cuma orang sini-sini. Mereka kalau ada sayur keliling pasti lebih memilh beli di situ kan,” katanya.

Berbeda dengan Pasar Legi dan Pasar Gede yang menaungi ratusan pedagang, Pasar Joglo hanya menampung 80-an orang pedagang. Pasar itu juga tidak buka sepanjang hari. Pada pukul 10.00 WIB, pasar sudah berangsur sepi. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Sabtu (18/6/2022).

Warga Minta Puskesmas Sediakan Psikolog

SOLO — Sejumlah warga mempertanyakan kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo yang belum menyediakan layanan psikolog di puskesmas. Mereka mendorong Pemkot menyediakan layanan kesehatan jiwa dengan harga terjangkau. Salah satu penanya adalah Rosidha Kusumawardani.

Warga RW001 Jebres itu bertanya pada Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, kenapa di puskesmas tidak ada psikolog. “Izin tanya Mas, di Solo kenapa belum ada psikolog puskesmas njih? Kalau mau akses psikolog terjangkau di mana njh?” tulis dia laman Unit Layanan Aduan Surakarta (ULAS), Kamis (16/6/2022).

Baca juga: Psikolog: Keluarga dan Lingkungan Pencegah Tindakan Bunuh Diri

Pertanyaan itu didelegasikan kepada Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, namun belum direspons hingga Jumat (17/6/2022) siang. Pertanyaan senada disampaikan warga lain atas nama Lia. Dia berharap Pemkot menyediakan layanan psikolog dan psikiater di puskesmas karena layanan di luar itu sangat mahal.

“Saya Lia, mahasiswa yang sekarang menetap di Solo. Untuk area Solo kok belum ada puskesmas yang menyediakan layanan polijiwa atau layanan psikologi ya? Saya cari di Internet sangat minim info,” tulis dia di laman ULAS, Rabu (15/6/2022).

Lia berharap puskesmas di area Solo menyediakan layanan polijiwa untuk masyarakat dengan harga terjangkau. “[Sekarang ini] kalau langsung ke psikolog dan psikiater biayanya sangat mahal,” lanjut dia. Selengkapnya di halaman Soloraya Harian Solopos edisi Sabtu (18/6/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya