SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Jumat (17/5/2022).

Solopos.com, SOLO — Terlepas dari hiruk pikuknya, pembangunan rel layang di simpang Joglo membawa harapan baru, yakni terurainya kemacetan yang sudah melekat puluhan tahun di kawasan itu. Proyek itu sekaligus menandai pembangunan fisik di Solo yang kini nyaris tapa henti.

Proyek berskala nasional itu bukan satu-satunya yang dikerjakan di Solo tahun ini. Pada hari jadi ke-76 Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, kota ini memiliki sederet proyek fisik berskala nasional.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sebagian besar menggunakan anggaran pemerintah pusat dan sebagian lagi menggunakan dana pihak ketiga. Belum lama ini, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengumumkan 10 titik prioritas pembangunan di Kota Bengawan. Mimpi Solo menjadi kota yang maju dalam infrastruktur tak lama lagi terwujud.

Pertama, pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo. Masjid ini merupakan pemberian dari Pangeran Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed Bin Zayed Al-Nahyan untuk Presiden Joko Widodo. Pembangunan masjid ini ditargetkan selesai pada Agustus 2022.

Kedua, pembangunan Islamic Center yang berlokasi tak jauh dari Masjid Raya Sheikh Zayed. Tempat tersebut diproyeksikan menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam.

Baca juga: Gibran Paparkan 10 Program Prioritas Pembangunan Solo, Apa Saja?

Ada pusat taman pendidikan Al Quran (TPA), tafsir Al-Qur’an, madrasah, dan pengembangan pasar produk-produk halal. Ketiga, pembangunan rel layang di simpang Joglo yang, disebut-sebut akan menjadi rel layang terpanjang di Indonesia. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Jumat (17/6/2022).

Subvarian Baru Omicron Bukan Penyebab Tunggal

JAKARTA — Pemerntah mengakui lonjakan kasus Covid-19 dalam sepekan terakhir disebabkan munculnya subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5. Meski demikian, pelonggaran aturan mobilitas dan pelaksanaan protokol kesehatan juga menjadi pendorong.

Kasubbid Dukungan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Alexander Ginting, mengakui lonjakan kasus yang terjadi disebabkan oleh persebaran BA.4 dan BA.5. “Jadi memang benar bahwa setiap ada perubahaan varian, itu menyebabkan terjadi kenaikan kasus,” ujarnya dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9, Kamis (16/6/2022).

Selain disebabkan munculnya varian baru, lanjutnya, lonjakan kasus kali ini juga disebabkan faktor lainnya seperti longgarnya penerapan protokol kesehatan oleh masyarakat.

Baca juga: Edaran Kemenkes, Covid-19 Diprediksi Melonjak Pertengahan Juli 2022

“Tetapi kenaikan kasus ini juga dibarengi oleh faktor-faktor lain. Salah satunya faktor adalah terjadinya pelonggaran protokol kesehatan di masyarakat, individu, keluarga, atau pun komunitas,” katanya. Faktor kedua, kata dia adalah terjadinya peningkatan mobilitas seiring semangat perbaikan dan pemulihan ekonomi nasional.

Peningkatan mobilitas ini, dia akui juga terkait isi Surat Edaran (SE) Satgas Covid-19 tentang Protokol Kesehatan bagi Pelaku Perjalanan Dalam Negeri No. 18 dan Surat Edaran No. 19 tentang Protokol Kesehatan bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri.

Aturan dalam SE itu lebih longgar daripada aturan sebelumnya. “Jadi ini juga mempengaruhi terjadinya mobilitas yang tinggi. Artinya banyak orang, Indonesia ke luar dan banyak orang luar masuk Indonesia,” ungkapnya. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Jumat (17/6/2022).

1 Dari 4 orang Alami Gangguan Jiwa Ringan

SEMARANG — Satu dari empat orang atau sekitar 25% warga Jawa Tengah (Jateng) mengalami gangguan jiwa ringan. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyerukan penghentian stigma terhadap orang yang mengalami gangguan kesehatan mental hingga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Untuk kategori gangguan jiwa berat, berdasarkan catatan, rata-rata 1,7 per mil atau kurang lebih 12.000 orang. Kondisi tersebut harus mendapatkan penanganan serius pemerintah maupun masyarakat karena berpengaruh terhadap penurunan produktivitas masyarakat.

Baca juga: RSJD Solo Punya Alat Analisis Stres Lho, Mau Coba?

“Kurang lebih 25% warga pada 35 daerah di Jateng, atau satu di antara empat orang, mengalami gangguan jiwa ringan. Sedangkan gangguan jiwa berat rata-rata 1,7 per mil. Penyebab mereka terkena gangguan jiwa itu multifaktor. Sedangkan pencetusnya bisa karena kemiskinan, gejolak lingkungan, atau masalah keluarga,” terang Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo, Sri Widyayati dalam acara Pengarahan Bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di RSJD dr. Amino Gondohutomo di Jl.Majapahit Kota Semarang, Senin (20/3/2022) seperti dilansir laman jatengprov.go.id.

Menurut riset kesehatan, penanganan gangguan jiwa menyedot anggaran triliunan rupiah atau jauh lebih tinggi dibandingkan anggaran menangani penderita berbagai penyakit lain, seperti jantung, paru-paru, dan gangguan organ tubuh lain yang hanya miliaran rupiah.

Pengidap gangguan jiwa kategorI berat tidak bisa lagi produktif. “Pasien yang masuk ke RSJD Amino Gondohutomo tahun ini menurun drastis. Sekarang di setiap RSUD sudah ada klinik spesialis jiwa lengkap dengan dokter saraf. Mereka siap melayani pasien pengidap gangguan jiwa ringan,” terang Sri Widyayati. Selengkapnya di halaman Soloraya Harian Solopos edisi Jumat (17/6/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya