SOLOPOS.COM - Petugas Divisi Program Lazismu Sragen menyerahkan bantuan beras dan tunjangan hidup kepada para warga lanjut usia dari kalangan keluarga miskin di Bumi Sukowati, belum lama ini. (Istimewa/Lazismu)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, mengakui wilayahnya menjadi daerah dengan kemiskinan yang ekstrem. Ini didasarkan hasil rapat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

Hal ini disampaikan Bupati Yuni saat upacara Peringatan Hari Pahlawan, Rabu (10/11/2021) di Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen. Memang, angka kemiskinan di Bumi Sukowati mengalami kenaikan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sragen seperti dikutip dari situs resminya, https://sragenkab.bps.go.id/, persentase penduduk miskin di Kabupaten Sragen mengalami kenaikan dari 12,792% pada Maret 2019 menjadi 13,380% pada Maret 2020. Angka ini setara dengan jumlah penduduk miskin yang berada pada kisaran 119.380 jiwa pada Maret 2020 atau bertambah sekitar 5.547 jiwa dalam setahun terakhir, dari 113.833  jiwa pada Maret 2019.

Baca Juga: Peringati Hari Pahlawan, Bupati Sragen Serukan Perangi Kemiskinan

Di wilayah Soloraya, Sragen menempati posisi kedua daerah dengan jumlah warga miskin terbanyak setelah Kabupaten Klaten, per Maret 2020. Jumlah penduduk miskin Klaten sebanyak 151.830 jiwa kemudian diikuti Sragen sebanyak 119.380 jiwa.

Selanjutnya ada Wonogiri dengan penduduk miskin sebanyak 104.369 jiwa, Boyolali 100.588 jiwa, Karanganyar 91.722 jiwa, Sukoharjo 68.889 jiwa dan Kota Solo 47.029 jiwa.

Namun, jika ditinjau dari persentase angka kemiskinan se-Soloraya, BPS Sragen menyebut Sragen menempati posisi teratas dengan 13,380%. Sementara persentase kemiskinan terendah ditempati Sukoharjo yang sudah di angka 7,68%.

Data kemiskinan di Soloraya. (BPS Sragen)

Libatkan Banyak Pihak

Terkait tingginya angka kemiskinan di Sragen, Bupati Yuni mengaku sudah banyak upaya yang dilakukan untuk mengentaskannya. Namun adanya pandemi Covid-19 membuat angka kemiskinan itu bertambah.

Baca Juga: Ambulans Rp650 Juta Milik DKK Sragen Dijadikan Mobil Vaksin Keliling

Dia mengatakan Sragen harus bisa mengupas permasalahan kemiskinan itu satu per satu, apakah kemiskinan absolut atau kemiskinan yang bisa dikreasi. “Kami berusaha memberikan solusi alternatif dalam memerangi kemiskinan di Sragen, yakni dengan menggandeng sektor swasta, Baznas, dan lainnya,” ujarnya.

Yuni menyontohkan seperti corporate social responsibility (CSR) Bank Jateng senilai Rp1 miliar dalam wujud bedah rumah tidak layak huni (RTLH) khusus di lima kecamatan. DI  masing-masing lima kecamatan it ada 4-5 desa sasaran.

“Anggaran kemiskinan di Sragen juga cukup banyak dan menyebar di masing-masing organisasi pemerintah daerah. Seperti program bantuan Rp10 miliar untuk modal UMKM dan di Disnaker Sragen,” katanya.

Baca Juga: Formas Sragen Klaim Ketuanya Dijebak dalam Kasus Dugaan Pemerasan Kades

Yuni menginginkan dalam pengentasan kemiskinan itu bisa fokus pada satu desa atau kecamatan tertentu dengan model pilot project. Dia mengatakan kalau fokus maka hasilnya bisa kelihatan daripada menyebar ke sejumlah daerah. Dia menyebut seperti Badan Perencanaan dan Pembangunam Daerah Pengembangan dan Penelitian (Bappeda Litbang) sedang mengembangkan desa bebas pengangguran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya