SOLOPOS.COM - Para pimpinan manajemen True Cerative Aid berbincang  tentang toleransi dengan awak Solopos Institute di nDayu Park Resto Sragen yang terletak di wilayah Karangmalang, Sragen, Sabtu (16/7/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Guru dan siswa dari 88 SMP negeri dan swasta di Kabupaten Sragen akan melakukan learning event tentang konsep pendidikan toleransi khas Sukowati di Taman nDayu Park Sragen, Senin (18/7/2022).

Program pendidikan toleransi khas Sukowati ini merupakan program Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen yang pelaksanannya diserahkan kepada True Creative Aid Bogor.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Direktur True Creative Aid Bogor, Achmad Ferzal, mengungkapkan learning event ini merupakan akhir dari fase pendidikan toleransi khas Sukowati yang mestinya dilaksanakan pada Januari 2022 lalu.

Pendidikan toleransi khas Sukowati terbagi dalam tiga fase. Fase pertama berupa telisik potensi, menggali potensi, kesempatan, kemungkinan, dan hal-hal baik yang ada pada guru dan masyarakat. Fase ini dilakukan selama tiga bulan pada 2020-2021 lalu.

Fase kedua berupa penulisan buku bersama para guru master teacher yang terpilih. Fase ketiga berupa dokumentasi.

Baca Juga: Rukun! Gereja Di Solo Tiadakan Ibadah Karena Halamannya Untuk Salat Id

Learning event ini sebenarnya merupakan kegiatan di fase kedua, tetapi dimundurkan karena supaya bisa offline. Selama ini pendampingan dan pelatihan dilakukan secara online,” ujar Achamd saat berbincang dengan Solopos.com di nDayu Park Resto Sragen, Sabtu (16/7/2022),

Sragen sudah memiliki 40 master teacher yang mengimplementasikan pendidikan toleransi khas Sukowati di sekolah masing-masing. “Di fase ketiga akan diperluas cakupannya menjadi 88 SMP baik negeri maupun swasta,” lanjut Achmad yang diamini anggota Tim Manajemen True Creative Aid, Kalih Raksasewu.

Dalam learning event itu nanti guru menceritakan apa yang mereka lakukan, proses apa yang dilakukan. Sehingga learning event ini menjadi ruang belajar bersama. Achmad berharap dengan learning event ini bisa menghasilkan metode pembelajaran yang baik dan perubahan yang menginspirasi.

Toleransi Universal

Anggota Tim Manajemen True Creatrive Aid, Musta’ien, menjelaskan pendidikan toleransi khas Sukowati itu sebetulnya mengajarkan nilai toleransi universal yang diambil dari kearifan lokal Sragen. Nilai-nilai itu dijadikan materi pembelajaran yang kemudian disampaikan di dalam kelas.

Baca Juga: Setara Institute Nilai Aturan Wajib Jilbab di SMPN 2 Turi Diskriminatif

Sebelumnya para guru diajak melihat dan mengidentifikasi tentang adanya unsur ketimpangan gender di dalam kebudayaan dan kearifan lokal Sragen. Kemudian ketimpangan itu disaring.

“Nilai toleransi yang universal yang diterapkan dalam semua mata pelajaran, termasuk matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA). Contohnya, dalam materi koordinat kartesiun Matematika, untuk menentukan titik suatu lokasi maka materinya bisa menggunakan peta sebaran rumah ibadah di Sragen. Adanya juga misalnya lokasi Masjid Al Falah yang berdekatan dengan gereja. Jadi siswa dikenalkan toleransi lewat Matematika,” kata Musta’ien.

Nilai toleransi juga bisa diterapkan dengan menggunakan makanan khas Sragen, seperti sambel tumpang, getuk, dan seterusnya. Guru bisa memperkaya pelajaran di buku paket dengan mengambil unsur-unsur kebudayaan dan kearifan lokal khas Sragen.

“Tujuannya untuk mengenalkan anak tentang identitas dirinya masing-masing, kemudian anak juga melihat bahwa di tempat lain ada kebudayaan serupa tetapi berbeda. Jadi nilai penghargaan terhadap perbedaan itu dikenalkan sejak di sekolah,” papar dia.

Baca Juga: Merdeka Belajar Jalan Pemulihan Pendidikan dari Dampak Pandemi Covid-19

Toleransi itu, menurut Musta’ien, berdampak jangka panjang pada si anak. Anak dikenalkan dengan dunia luar yang berbeda dengan pandangan, pengetahuan dan kepribadiannya. Harapannya si anak bisa mengambil sikap toleran.

Dalam pendidikan toleransi khas Sukowati ada dua nilai universal yang diambil para guru, yakni ajining diri dan guyub rukun. Nilai tersebut ada turunan nilai lagi yang lebih banyak, seperti tepa selira, andap asor, dan seterusnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya