SOLOPOS.COM - Ilustrasi air bersih. (Freepik.com)

Solopos.com, KLATEN — Sebagian warga di wilayah lereng Gunung Merapi, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, mulai mengalami kesulitan air bersih karena sudah cukup lama tidak turun hujan. Mereka pun terpaksa membeli air bersih untuk kebutuhan rumah tangga mereka.

Stok air bersih di bak penampungan berangsur-angsur menipis. Tegalmulyo menjadi salah satu desa di kawasan lereng Gunung Merapi yang kerap mengalami krisis air bersih saat kemarau tiba.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Salah satu warga Dukuh Geneng Kidul, Desa Tegalmulyo, Kemalang, Klaten, Purnama, mengatakan warga di wilayahnya mulai membeli air bersih sejak sepekan lalu.

“Sebagian sudah [beli air bersih]. Kebetulan lama sudah tidak hujan, sementara bak penampungan yang ada sebagian sudah menipis sehingga harus beli. Beberapa hari lalu memang hujan tetapi hanya sebentar,” kata Purnama saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (5/6/2024).

Purnama menjelaskan banyak bak penampungan milik pribadi warga yang sudah dibersihkan karena airnya habis. Alhasil, sebagian warga harus mengandalkan bak penampungan umum yang masih ada airnya.

Soal harga air bersih, Purnama mengatakan di masing-masing wilayah berbeda. Dia mencontohkan untuk pengiriman sampai sekitar balai desa, harga air sekitar Rp300.000 untuk 6.000-7.000 liter air bersih. Tarifnya lebih mahal lagi untuk wilayah yang posisinya lebih atas. “Di wilayah Sapuangin bisa sampai Rp400.000,” kata Purnama.

Air sebanyak 6.000-7.000 liter itu cukup untuk kebutuhan satu keluarga selama 10 hingga 15 hari. Ketercukupan air itu juga tergantung jumlah ternak yang dimiliki masing-masing keluarga.

Sumber Air Bebeng

Sementara itu, ketersediaan air bersih warga di wilayah Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, hingga awal Juni 2024 ini relatif masih aman. Bak-bak penampungan masih terisi air.

Selain itu, sebagian warga mendapatkan pasokan air bersih dari sumber air Bebeng, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. “Sumber air bersih dari Bebeng dimanfaatkan sekitar 70 persen warga Sidorejo,” salah satu warga Sidorejo, Jenarto.

Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Syahruna, menjelaskan tim BPBD beberapa waktu terakhir mengecek ke tempat penampungan air di beberapa desa.

Dari hasil pengecekan, ketersediaan air di bak penampungan umum relatif masih ada meskipun volumenya mulai berkurang. Untuk mengantisipasi krisis air bersih, Syahruna menjelaskan Pemkab sudah menyiapkan alokasi anggaran melalui APBD Klaten untuk penyaluran bantuan air bersih.

Alokasi anggaran yang disiapkan sekitar Rp250 juta dan diperkirakan cukup untuk pengadaan bantuan sebanyak 500 tangki air. Syahruna menjelaskan sudah ada satu desa yang mengajukan permintaan bantuan untuk mengisi satu bak penampungan umum.

Selain itu belum ada lagi permintaan bantuan dari desa lain. Diperkirakan, jumlah desa yang terdampak krisis air bersih tahun ini berkurang. Hal itu lantaran beberapa daerah yang sebelumnya menjadi langganan krisis air bersih mulai teraliri air dari sumur Pamsimas maupun sambungan air PDAM.

Selain itu, kemarau tahun ini diprediksi tak sepanjang kemarau tahun lalu. “Sesuai perkiraan BMKG, musim kemarau berlangsung selama empat hingga lima bulan,” kata Syahruna saat dihubungi Solopos.com, Senin (3/6/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya