SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo (kiri) meninjau produk makanan pendamping dan fasilitas penanganan stunting di halaman Sekretariat Daerah (Setda) Wonogiri, Selasa (16/11/2021). (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRIStunting berbahaya bagi masa depan bangsa dan negara karena dapat mengakibatkan degenerasi. Jika ada satu anak stunting, berarti bakal ada satu penduduk yang berpotensi besar tidak dapat memberi kontribusi maksimal membangun bangsa.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri bertekad mewujudkan prevalensi stunting 0 persen dalam jangka panjang. Target ini dinilai realistis, meski dari tahun ke tahun kasus stunting selalu ada.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Prevalensi stunting adalah kasus stunting dibanding jumlah anak berusia di bawah lima tahun (balita) dalam kurun waktu yang sama. Penekanan bahaya stunting disampaikan dalam acara Rembug Stunting Kabupaten Wonogiri 2021 di Pendapa Rumah Dinas Bupati kompleks Sekretariat Daerah (Setda) Wonogiri, Selasa (16/11/2021).

Baca Juga: Boyolali Giatkan Vaksinasi Lansia dari Pintu ke Pintu

Berdasar penjelasan Peraturan Presiden (Perpres) No. 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, stunting adalah gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Kondisi ini ditandai tinggi badan di bawah standar.

Referensi lain menjelaskan stunting mengganggu perkembangan otak, sehingga kecerdasan anak di bawah rata-rata. Kondisi itu berlangsung seumur hidup.

Pejabat dari Local Goverment Capacity Building for Acceleration of Stunting Reduction (LGCB-ASR) Regional III Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Muhammad Jumhadi, mengatakan stunting masalah sangat serius karena berdampak pada pembentukan generasi bangsa. Saking seriusnya, pemerintah mempertahankan anggaran penanganan stunting saat Covid-19 mewabah sejak 2020 lalu.

Baca Juga: Situs Watu Gentong, Jejak Peradaban Umat Hindu di Kragilan Boyolali

Pemerintah juga mengintruksikan agar anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) provinsi maupun kabupaten/kota tetap dipertahankan.

“Yakinkan pada diri kita dan orang lain bahwa stunting itu berbahaya. Pembentukan otak dan metabolisme tubuh 70 persen-80 persen pada usia nol sampai dengan dua tahun. Itu masa strategis pembentukan generasi bangsa. Kalau itu tidak terkawal tentu ini sangat bahaya,” ucap lelaki yang biasa disapa Jumhadi itu.

Dia menilai bahaya stunting tidak terpaku pada jumlah kasus. Satu kasus anak stunting pun berbahaya, terlebih jika ada ribuan kasus. Sebab, selain mengakibatkan tumbuh kembang terganggung, stunting dapat mengganggu perkembangan otak.

Baca Juga: Disparbudpora Klaten Kembali Pindahkan Yoni dan Arca Nandi

 

Kasus Naik

Alhasil, kecerdasan anak di bawah rata-rata. Kondisi ini berlangsung seumur hidup dan tak bisa diobati selepas anak berusia dua tahun. Kendati demikian, stunting dapat dicegah dengan program intervensi yang tepat.

Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) yang Solopos.com peroleh, pada 2020 anak balita stunting di Kabupaten Wonogiri tercatat 5.135 anak dengan prevalensi 13,08 persen. Jumlah itu meningkatkan dibanding 2019 yang saat itu tercatat 4.522 anak dengan prevalensi 10,23 persen.

Berdasar penimbangan serentak pada Februari 2021 kasus stunting naik lagi menjadi 5.222 anak dengan prevalensi 14,07 persen. Kasus stunting terjadi di seluruh desa/kelurahan.

Baca Juga: Harga Jagung Sedang Bagus di Klaten, Rp5.000 per Kilogram

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengatakan target prevalensi stunting 0 persen realistis, meski dari tahun ke tahun kasus selalu ada kasus. Dia optimistis target tercapai dalam jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya