SOLOPOS.COM - Seorang anak bermain air banjir yang menggenangi permukiman rumah warga di Kelurahan Giritirto RT 003/RW 010, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Minggu (5/3/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Banjir yang menggenangi puluhan rumah di Kelurahan Giritirto, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, sejak 19 hari lalu atau awal pintu Waduk Gajah Mungkur (WGM) dibuka 14 Februari 2023 belum juga surut.

Hingga Minggu (5/3/2023), kawasan permukiman itu masih tergenang. Beberapa barang rumah tangga mereka rusak. Warga juga mulai merasakan gatal di kulit. Banjir kali ini disebut banjir terlama sepanjang sejarah di wilayah setempat.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pantauan Solopos.com, Minggu, puluhan rumah yang tergenang itu ada di tiga rukun tangga (RT) dan satu rukun warga (RW) Kelurahan Giritirto. Ketinggian air mulai dari semata kaki hingga pinggang orang dewasa.

Anak-anak memanfaatkan air genangan itu untuk berenang. Warga terdampak banjir, Paryatno, mengatakan rumahnya sesudah terendam banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo sejak pertengahan Februari 2023 lalu.

Sejak saat itu, banjir di rumahnya di RT 003/RW 010 Giritirto, Wonogiri, sama sekali belum benar-benar surut. Sekalipun surut, hal itu tidak seberapa dan banjir kembali melanda ketika hujan mengguyur.

“Sudah 19 hari ini banjir. Barang-barang di dalam rumah sudah rusak kayak lemari. Yang masih bisa diselamatkan kami selamatkan, ditempatkan ke tempat yang lebih tinggi,” kata Paryanto ketika berbincang dengan Solopos.com di rumahnya yang tergenang banjir, Minggu.

Menurut dia, banjir tersebut merupakan banjir dengan durasi paling lama yang pernah ia rasakan di Kelurahan Giritirto. Sementara banjir paling parah terjadi pada November 2022 lalu hingga mencapai ketinggian lebih dari satu meter, hampir menenggelamkan rumah.

banjir giritirto wonogiri
Warga duduk di teras rumahnya yang tergenang banjir di Kelurahan Giritirto RT 003/RW 010, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Minggu (5/3/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Dia menjelaskan meski berada dekat bantaran Sungai Bengawan Solo, wilayahnya sebenarnya tidak menjadi langganan banjir selama puluhan tahun. Banjir mulai masuk lingkungan itu pada November 2022 lalu.

“Warga kakinya sudah mulai gatal-gatal karena banjir. Tapi petugas puskesmas sudah sering ke sini. Mengecek kondisi warga,” ujar dia.

Warga lain di lingkungan yang sama di Kelurahan Giritirto, Wonogiri, Kati, menyampaikan ada empat rumah yang dihuni lima keluarga dengan jumlah 20 orang yang terdampak banjir di wilayahnya. Lima keluarga itu saat ini tinggal di satu rumah di lantai II dengan ukuran 4 meter x 5 meter.

Warga Mengungsi

Barang-barang dari keluarga tersebut yang masih tersisa dan bisa berfungsi dipindahkan di sekitar rumah tersebut seperti mesin cuci, lemari es, dan peralatan dapur. “Lha bagaimana, keadaannya memang seperti ini. Sudah sekitar tiga pekan seperti ini,” kata Kati.

Warga terdampak banjir lain, Sutardi, menyatakan selama 40 tahun tinggal di Kelurahan Giritirto, banjir kali ini merupakan banjir terlama masuk ke rumahnya. Seluruh bagian rumah Sutardi terendam banjir.

Bagian belakang rumah yang lebih rendah dibanding bagian depan tinggi banjir mencapai selutut orang dewasa. Beberapa barang-barang rumah dibiarkan terendam.

Sementara Sutardi dan keluarganya terpaksa mengungsi di rumah warga lain. Menurut dia, selama pintu spillway WGM Wonogiri dibuka dan masih sering terjadi hujan, banjir di Giritirto kemungkinan belum bisa surut.

Setiap kali pintu spillway dibuka baik dikurangi atau ditambah, Sutardi menerima informasi dari Perum Jasa Tirta I selaku yang berwenang dalam pengendalian air di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri.

Informasi terakhir yang diterima Sutardi, debit air limpasan dari WGM melalui pintu spillway dan pembangkit listrik tenaga air masih 240 m3/detik. “Ya ini musibah, kita tidak bisa menyalahkan siapa, tidak boleh saling menyalahkan. Memang alamnya seperti ini dan ini enggak terjadi hanya di sini, tapi seluruh dunia sedang dilanda perubahan iklim,” ucap Sutardi.

Dia menambahkan warga sudah beberapa kali menerima bantuan baik dari pemerintah daerah setempat atau organisasi lain seperti Ikatan dokter Indonesia (IDI). Bantuan itu berupa sembako dan obat-obatan. Menurut Sutardi, total ada 26 rumah yang terdampak banjir dengan jumlah individu sekitar 140 jiwa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya