SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (JIBI/Bisnis)

Solopos.com, SOLO — Tiga pekan di pengujung tahun 2021 masyarakat Solo dipaksa membeli barang kebutuhan pokok dengan harga mahal. Hampir semua bahan kebutuhan pokok harganya naik.

Telur misalnya mencapai Rp30.000 per kilogram, cabai rawit Rp90.000 per kilogram, disusul minyak goreng Rp21.000 per liter. Dalam kondisi tercekik itu, masyarakat kian dibikin sesak dengan adanya kenaikan gas elpiji nonsubsidi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Disusul kabar penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan pertalite pada 2022 mendatang. Padahal, upah minimum Kota (UMK) Solo 2022 hanya naik 1% menjadi Rp2.034.000.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, sepekan terakhir harga cabai rawit bertahan di angka Rp90.000 per kilogram di Pasar Gede Solo. Kenaikannya melonjak tajam mulai awal Desember.

Baca Juga: Malam Tahun Baru, 100 Petugas Kebersihan Dikerahkan Keliling Kota Solo

Salah satu pedagang di Pasar Gede, Samini, mengatakan harga minyak goreng mencapai Rp25.000 per liter pada hari yang sama. Saking mahalnya, tak ada pedagang yang jualan minyak karena minimnya keuntungan.

Pada Kamis (30/12/2021), harga naik turun dalam sehari. Pedagang asal Klaten, Paniyem, mengatakan cabai rawit dijual Rp85.000 per kilogram pada pagi hari. Jelang siang, ada pedagang besar yang menawarinya Rp80.000 per kilogram.

Fluktuasi harga terjadi dalam tiga hari terakhir. Sehingga dia tak bisa memprediksi secara pasti. “Naik turunnya cepat banget. Jadi ya enggak bisa diprediksi. Yang pasti masih di angka Rp80.000 kalau kulakan. Pembeli ya masih ada, kan masyarakat butuh, jadi tetap beli,” katanya.

Baca Juga: Manajer Persis Solo: Liga 1 Bahas Nanti Saja, Sekarang Waktunya Pesta

Harga Elpiji

Naiknya harga kebutuhan pokok memang membuat masyarakat dipaksa membeli barang mahal karena mereka membutuhkan. Keterpaksaan membeli barang mahal karena memang membutuhkan juga diakui Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah (Jateng), Parjuni, Rabu (29/12/2021).

Kenaikan harga elpiji nonsubsidi memberatkan para peternak ayam broiler yang notabene menggunakannya sebagai sumber energi utama untuk penghangat anak ayam. Namun, mereka tetap membelinya meski minim keuntungan.

Belum ditambah biaya produksi lain seperti pakan yang juga naik tajam jelang akhir tahun. Parjuni bahkan memprediksi bakal banyak peternak yang gulung tikar jika pemerintah tak kunjung melakukan tindakan. Lebih parah lagi, saat harga produksi naik, peternak tak bisa serta merta ikut menaikkan harga jual karena pemerintah sudah menetapkan Harga Pokok Penjualan (HPP).

Baca Juga: Jual Minyak Goreng Rp14.000/Liter, Operasi Pasar Laweyan Solo Diserbu

“Kalau diteruskan ya bisa jadi peternak banyak yang gulung tikar. Ini masih mending harga agak tinggi di masa Nataru. Awal tahun biasanya harga daging turun, padahal elpiji enggak mungkin ikut turun,” katanya.

Pemerintah Kota Solo melalui Dinas Perdagangan sebenarnya telah melakukan upaya dengan mengadakan pasar murah guna menekan harga. Salah satunya yakni menjual minyak goreng seharga Rp14.000 per liter di lima kecamatan. Namun hal itu tak bisa serta merta menekan harga secara umum. Sifatnya hanya sementara karena dilakukan sehari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya