Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati memberi warning atau peringatan keras kepada para petani agar tidak menggunakan jebakan listrik untuk membasmi tikus di sawah.
Kasus meninggalnya kakek-kakek di Bendo, Sukodono, Sragen, Kamis (23/7/2020) lalu, menurut Bupati harus menjadi pelajaran bagi petani supaya tidak terulang mengingat korban jebakan listrik sudah tujuh orang.
Peringatan keras itu disampaikan Bupati Sragen saat ditemui solopos.com di sela-sela kegiatan gropyokan tikus di Desa Pengkok, Kedawung, Sragen, Jumat (24/7/2020).
Jaket Digondol, Petani Sragen Kejar-Kejaran dengan Maling di Jalan Toyogo-Plumbon
Yuni, sapaan Bupati, mengaku baru saja selesai sosialisasi agar tak menggunakan jebakan listrik untuk tikus di 20 kecamatan.
“Baru selesai sosialisasi di 20 kecamatan, hla kok ada satu korban tersetrum jebakan tikus. Seorang kakek-kakek yang meninggal karena jebakan listrik di sawahnya sendiri,” ujarnya.
Yuni mencatat sebelumnya ada enam orang yang jadi korban dan kemudian bertambah satu orang sehingga menjadi tujuh orang yang jadi korban jebakan itu. Dia mengatakan sosialisasi harus lebih masif lagi lewat kelompok tani.
Pria Tak Dikenal Tabrakkan Diri ke KA di Rel Sine Sragen
Yuni juga meminta aparat penegak hukum lebih giat lagi untuk sosialisasi larangan penggunaan listrik untuk menjerat tikus. Yuni justru mengapresiasi langkah Pemerintah Desa Pengkok yang memprogramkan gropyokan tikus dengan menggunakan dana desa.
Dia mengatakan gropyokan tikus lebih efektif daripada jebakan listrik karena gotong-royong dan kebersamaan warga ada.
Hasilnya, sebut Yuni, dua Jumat lalu masing-masing dapat 3.000 ekor dalam sehari dan sekarang mendapat hampir 6.000 ekor dalam sehari.
Kepala Desa Pengkok Sugimin Cokro saat ditemui