Soloraya
Kamis, 20 Agustus 2020 - 22:06 WIB

Sudah Dibayar Rp700 Miliar, Alat Pengolah Limbah PT RUM Sukoharjo Tak Kunjung Datang Dari China

R Bony Eko Wicaksono  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kompleks pabrik PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Desa Plesan, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jumat (23/2/2018). (Bisnis-Dok)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Sekretaris PT Rayon Utama Makmur atau RUM Sukoharjo, Bintoro Dibyoseputro, mengklaim telah membayar alat pengolah limbah H2SO4 recovery dari Tiongkok senilai kurang lebih Rp700 miliar.

Pembayaran dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas dari Bank BNI, beberapa bulan lalu. Namun, alat itu hingga kini belum juga dikirim ke PT RUM.

Advertisement

Adanya pandemi Covid-19 membuat otoritas Negeri Tirai Bambu melarang pengiriman mesin dan spare part H2SO4 recovery itu ke Indonesia. Semestinya alat tersebut tiba di Tanah Air pada pertengahan Juli 2020 lalu.

Dari Jembatan Bacem Hingga Setan Merah, Ini 7 Mitos Seputar Sungai Bengawan Solo

Advertisement

Dari Jembatan Bacem Hingga Setan Merah, Ini 7 Mitos Seputar Sungai Bengawan Solo

“Otoritas Tiongkok sangat ketat dalam mengambil kebijakan pengiriman barang ke luar negeri. Ada penundaan pengiriman mesin ke Indonesia,” tutur dia kepada Solopos.com, Kamis (20/8/2020).

Sekretaris PT RUM Sukoharjo itu memperkirakan alat pengolah limbah itu mungkin baru tiba di Indonesia pada akhir tahun ini. Itu pun jika kondisi pandemi Covid-19 di Tiongkok sudah melandai.

Advertisement

Bintoro menambahkan pemasangan alat H2SO4 recovery merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk meningkatkan tata kelola lingkungan. Komitmen itu dilakukan dengan berbagai upaya keras untuk menghilangkan bau limbah udara.

Investasi Jangka Panjang

Alat H2SO4 recovery dipasang dua tahap. Hal ini bagian dari investasi jangka panjang untuk meminimalkan bau limbah udara yang mengganggu warga sekitar.

Dari Layanan Izin Usaha, Samsat, SIM, Hingga Paspor Ada Di Mal Pelayanan Publik Solo

Advertisement

Alat pengolah limbah dari China ini diyakini akan mampu mengurangi dampak bau limbah PT RUM yang selama beberapa tahun terakhir dikeluhkan warga sekitar.

Apalagi beberapa waktu terakhir, warga Kecamatan Nguter yang berada dalam radius terdekat dengan pabrik PT RUM sudah mulai memukul kentungan tanda bahaya. Mereka tidak tahan terus-terusan menghirup bau busuk limbah pabrik serat rayon tersebut.

Terduga Pelaku Kerusuhan Mertodranan Solo Ditangkap di Pedan Klaten, Warga Geger Dikira Teroris

Advertisement

Di sisi lain, tim investigasi untuk mencari data dan fakta terkait limbah PT RUM yang dijanjikan dibentuk sejak Januari 2020, hingga kini belum juga mulai bekerja.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif