Soloraya
Jumat, 16 September 2022 - 09:16 WIB

Sudah Lebih dari 4 Abad, Sebaran Apam Yaa Qawiyyu Jatinom Penuh Makna

Taufiq Sidik Prakoso  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menjelang puncak tradisi Yaa Qawiyyu banyak bermunculan pedagang apam di sekitar Masjid Besar Jatinom atau kompleks makam Kyahi Ageng Gribig, Rabu (14/9/2022). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN–Puncak tradisi sebaran apam Yaa Qawiyyu di Jatinom bakal digelar pada Jumat (16/9/2022) siang.

Tradisi budaya rutin digelar setiap tahunnya pada Safar dan kini sudah berumur lebih dari empat abad.

Advertisement

Perayaan tradisi penuh makna itu tak bisa dilepaskan dari sosok Kyahi Ageng Gribig, ulama besar yang menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa Tengah terutama di Klaten.

Berdasarkan catatan dari Pengelola Pelestarian Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG), tradisi itu bermula ketika Kyahi Ageng Gribig baru saja tiba di Jatinom sepulang dari berhaji pada Jumat Pahing, 17 Sapar 1541 Saka atau 1619 Masehi. Artinya, tradisi itu sudah berlangsung selama 403 tahun.

Advertisement

Berdasarkan catatan dari Pengelola Pelestarian Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG), tradisi itu bermula ketika Kyahi Ageng Gribig baru saja tiba di Jatinom sepulang dari berhaji pada Jumat Pahing, 17 Sapar 1541 Saka atau 1619 Masehi. Artinya, tradisi itu sudah berlangsung selama 403 tahun.

Seusai Salat Jumat dilanjutkan membaca zikir dan tahlil, Kyahi Ageng Gribig membagikan oleh-oleh berupa kue kepada para santrinya.

Namun, hidangan yang disajikan kurang sementara masih banyak tamu yang belum menerima. Kemudian, Nyai Ageng bernama Raden Ayu Mas Winongan segera membuat kue yang kemudian dikenal dengan nama apam untuk dihidangkan kepada para tamu undangan.

Advertisement

Setiap tahunnya pada malam Jumat dan menjelang Salat Jumat pada pertengahan Safar, doa Kyahi Ageng Gribig selalu dibacakan dihadapan hadirin. Tradisi itu juga sering disebut dengan nama Saparan lantaran berlangsung pada Safar.

Sekretaris dan Narasumber Kesejahteraan P3KAG Jatinom, Moh. Daryanta, mengatakan selain tradisi sebaran apam Yaa Qawiyyu, perayaan itu menjadi budaya bersedekah.

Seperti apam yang disebarkan saat puncak tradisi itu. Bobot apam yang disebarkan kerap mencapai 4 ton hingga 5 ton merupakan sedekah dari warga berbagai daerah. “Selain sedekah apam juga menjadi budaya sedekah lainnya. Yang bisa menyumbang apa saja mulai dari materi hingga seni mereka berusaha menyedekahkan. Jadi sedekah tidak terbatas,” kata Daryanta saat berbincang dengan Solopos.com beberapa waktu lalu.

Advertisement

Terkait makna dibalik kalimat Yaa Qawiyyu, Daryanta menjelaskan memiliki maknya untuk selalu memohon Kepada Yang Maha Kuat.

“Itu ajaran dari Kyahi Ageng Gribig kepada santri-santrinya. Kalau ingin kuat imannya, kuat sandang-pangan, kuat tenaga, kuat pikiran, dan lainnya, ya harus berdoa kepada Yang Maha Kuat. Tetapi kemudian jangan sombong. Dalam arti, santri dadiya wong sing perwira [menjadi orang yang memiliki sifat perwira]. Kalau salah ya mengaku salah, mohon ampun kepada pemberi ampun,” jelas dia.

Tradisi itu turut menggerakkan ekonomi warga. Saban perayaan, UMKM setempat terutama yang bergerak pada kuliner laris manis apalagi mereka yang berjualan apam.

Advertisement

Pada 2020 dan 2021, tradisi itu berlangsung secara sederhana tanpa diadakan sebaran apam di Lapangan Klampeyan gegara pandemi Covid-19. Namun, serangkaian tradisi tetap digelar meskipun terbatas. Kegiatan andum apam pun tetap digelar, namun disiasati dengan cara dibagikan melalui driver ojek online agar tak membuat kerumunan.

Tahun ini, tradisi itu kembali digelar secara meriah. Ada perayaan sebaran apam di Lapangan Klampeyan. Namun, warga yang berdatangan diminta tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Camat Jatinom, Wahyuni Sri Rahayu, mengingatkan kondisi Klaten saat ini masih dalam PPKM level 1.

“Pada 2022 ini, tradisi sebaran apam kembali digelar seperti sebelum pandemi Covid-19. Namun, tetap pada koridor PPKM level 1. Seluruh yang hadir tetap diminta menerapkan protokol kesehatan seperti mengenakan masker,” kata Wahyuni.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif