SOLOPOS.COM - Kepala Pusat Astonomi Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, Kartasura, Sukoharjo, AR. Sugeng Riyadi saat ditemui di Ponpes Assalam, Rabu (21/12/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Suhu panas dirasakan warga di Kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya terutama di siang hari. Pusat Astronomi Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam Kartasura, Sukoharjo, membeberkan penyebabnya.

Kepala Pusat Astonomi PPMI Assalaam, AR. Sugeng Riyadi, mengatakan fenomena suhu panas yang dirasakan masyarakat di Sukoharjo dan sekitarnya terjadi karena pergerakan posisi Matahari dengan Bumi. Pada akhir April memasuki Mei, gerak semu Matahari seolah melintasi Pulau Jawa. Pada waktu tersebut matahari seolah-olah bergerak dari selatan menuju ke utara.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hal ini terjadi karena Bumi mengelilingi Matahari atau yang dikenal dengan revolusi. Dengan poros yang miring sehingga posisi bumi yang condong ke matahari terkadang berada di kutub utara terkadang juga di kutub selatan Bumi.

“Matahari setiap tahunnya bergeser baik ke utara maupun bergeser ke selatan. Setiap April dan Oktober Matahari seolah sedang melintas di Pulau Jawa sehingga cukup panas,” kata Sugeng saat dimintai konfirmasi, Jumat (5/5/2023).

Menurutnya suhu panas tersebut juga akibat tingginya lalu lintas kendaraan, terutama saat mudik Lebaran kemarin lantaran polusi udara bertambah. Kondisi tersebut juga membuat lapisan udara terkontaminasi hingga menyebabkan sinar Matahari tetap berada di Bumi dan tidak dapat dipantukan secara sempurna, keluar atmosfer.

Menurut Sugeng, hal ini mengakibatkan seolah-olah berada dalam rumah kaca atau sering disebut dengan efek rumah kaca, sebagai proses naiknya suhu bumi yang disebabkan perubahan komposisi atmosfer.

“Sehingga jika ditarik kesimpulan ada dua penyebabnya. Memang Matahari sedang melintas di Pulau Jawa yang kedua karena efek rumah kaca. Ini juga bukan karena dampak dari gerhana beberapa waktu lalu, melainkan karena angin tidak berembus itu bisa menjadi penyebab timbulnya gerah,” katanya.

Cadangan Air Untuk Musim Kering

Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Ariyanto Mulyatmojo mengatakan pihaknya telah mempersiapkan cadangan air demi mengatasi kekeringan yang diprediksi berlangsung pada beberapa bulan ke depan. Dia juga meminta masyarakat untuk menjaga lingkungan demi kelestarian alam dalam jangka panjang.

“Dengan adanya El Nino yang diprediksi mengakibatkan kekeringan ekstrem, kami mengimbau masyarakat membatasi kegiatan yang tidak perlu karena bisa mengganggu kesehatan. Kedua dengan adanya prediksi kemarau mulai dari sekarang kita harus membiasakan menanam sesuatu. Karena kita jangan hanya melihat saat ini tetapi ke depan juga agar mencegah global warming,” ujar Ariyanto.

Menurutnya saat ini masyarakat harus mulai mengantisipasi kerusakan alam yang semakin bertambah. Selain menanam menurutnya hal itu dapat dilakukan dengan pengurangan emisi gas. Namun dia menyadari gerakan tersebut membutuhkan konsistensi dalam jangka waktu yang panjang.

“Tetapi dengan prakiraan cuaca ke depan kemungkinan kebutuhan dropping air cenderung naik. Terkait Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (Pamsimas) alhamdulilah beberapa desa sudah ada. Namun ada yang gagal karena kebetulan air bawah tanahnya tidak cukup. Ke depan terkait Pamsimas akan kami koordinasikan lebih lanjut dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya