SOLOPOS.COM - Peraih juara I Duta Genre Sragen 2023 Nugroho Cahyaningtyas. (Istimewa/dok. Nugroho Cahyaningtyas)

Solopos.com, SRAGEN — Untuk bisa terpilih menjadi Duta Generasi Berencana (Duta Genre) Sragen 2023 tidaklah mudah. Proses yang cukup panjang harus dijalani, seperti yang dilakoni Nugroho Cahyaningtyas. Remaja asal Gemolong ini terpilih sebagai juara I Duta Genre Sragen 2023.

Mahasiswa asal Dukuh Pantirejo RT 004, Desa Tegaldowo, Kecamatan Gemolong, Sragen, Ini awalnya sempat minder dan hendak mundur. Tetapi karena dorongan teman-temannya, ia bertahan dan malah menjadi juara I.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Nugroho bercerita banyak tentang perjalanannya mengikuti ajang tahunan itu kepada Solopos.com, Sabtu (15/7/2023). Pria kelahiran Sragen, 18 Maret 2004, itu merasa mendapat keajaiban mendapatkan juara I Duta Genre Sragen 2023. Prestasi itu di luar dugaannya.

Nugroho mengakui tidak punya pengalaman di dunia keluarga berencana saat mendaftar jadi Duta Genre, padahal seleksinya cukup ketat. “Proses seleksinya tidak mudah. Dari tes, ada tes bakat, wawancara, pubic speaking, dan tes tertulis. Saya hanya menyiapkan tes bakat dan public speaking. Dua tes wawancara tidak persiapan. Saingannya banyak dan pintar-pintar. Saat itulah, saya mulai minder. Lebih banyak tekanan, apalagi kompetitornya dari anak-anak SMA yang luar biasa, sedangkan saya kurang pengalaman,” ujarnya.

Dia membangun kepercayaan dirinya dengan prestasi dan pengalaman organisasi yang dimilikinya. Ia pernah berprestasi di kejuaraan pencak silat karena aktif di Tapak Suci. Nugroho akhirnya lolos seleksi. Dari 146 peserta disaring menjadi  24 orang atau 12 pasangan. Lolos seleksi awal itu menjadi langkah awal bagi Nugroho menuju ke juara I.

Ia banyak mendapat materi tentang cara duduk, cara berjalan, cara berpakaian, delapan subtansi Genre, triad KRR, dan seterusnya. Dalam perjalanannya, Nugroho dihadapkan pada dua pilihan, yakni meneruskan kegiatan di kampusnya yakni di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), atau terus mengikuti Duta Genre yang akan memakan waktu kuliahnya.

Sempat Ingin Mundur

Nugroho sempat ingin mundur, tetapi teman-temannya di Duta Genre dan mentornya terus memotivasi. Setelah berdoa dan berpikir, Nugroho akhirnya memutuskan untuk bertahan dan bergabung dalam masa karantina Duta Genre 2023.

“Saat masuk masa karantina itu, saya datang terlambat. Saat itulah banyak teman yang memeluk saya karena saya memutuskan ikut Duta Genre. Saat itulah, saya merasa mendapatkan keluarga di Duta Genre. Saya harus bisa buktikan karena sudah memilih Duta Genre, saya totalitas 100% berusaha semaksimal mungkin hingga sampai Grand Final,” ujarnya.

Nugroho berusaha keras untuk menjadi yang terbaik dan menunjukkan seluruh potensinya. Dia mengaku banyak air mata keluar untuk menjadi juara. Dia menyadari menjadi Duta Genre itu tidak harus pintar, ganteng, dan tinggi. Tetapi kuncinya mau belajar dan berusaha untuk menjadi yang terbaik.

Nugroho ingat saat masih SD dan SMP pernah mendapatkan bullying karena namanya seperti nama perempuan dan menyangsikan masa depannya. Hal itu membuat Nugroho tidak berani keluar rumah dan tidak berbaur.

Namun sejak masuk jenjang SMA, pikiran Nugroho mulai terbuka. Ia ingin membuktikan bahwa ia bisa sukses. Mendaftar di Duta Genre menjadi salah satu upayanya membuktikan bahwa nama Nugroho Cahyaningtyas bisa sukses dan dikenal banyak orang.

Remaja yang bercinta-cita menjadi motivator dan pengusaha ini berani keluar dari zona nyaman. Kini, namanya sudah menghiasi mesin pencarian di Google. Dia merasa kekurangan yang dimilikinya bisa diterima di keluarga Duta Genre. Dia memiliki prinsip bahwa pengalaman itu sulit dicari dan kesempatan tidak datang dua kali.

Motivasi Nugroho menjadi Duta Genre ingin mendapatkan pengalaman baru. Berkat prestasinya, ia tidak sekadar mendapat uang dan piala, tetapi  bisa memperoleh banyak ilmu dan mendapatkan keluarga baru yang hangat.

Menyandang status Duta Genre Sragen 2023, Nugroho ingin memberdayakan anak-anak di panti asuhan. Dia merencanakan program kerja untuk mendidik anak-anak panti asuhan yang selama ini relatif minim.

“Saya ingin mengedukasi anak-anak panti asuhan tentang kesehatan reproduksi, delapan fungsi keluarga, pencegahan Napza, seks bebas, stunting, dan seterusnya. Saya juga ingin menyalurkan kemampuan dan potensi yang dimiliki kepada anak-panti,” kata mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya