Soloraya
Senin, 23 Mei 2011 - 07:30 WIB

Sulit bersaing, usaha kecil kerupuk gulung tikar

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - KERUPUK RAMBAK -- Seorang tenaga produksi menjemur kerupuk rambak di salah satu sentra pembuatan makanan itu di Dukuh Bendan Desa Karangasem, Bulu, Sukoharjo. Foto diambil akhir pekan lalu. (JIBI/SOLOPOS/Triyono).

Sukoharjo (Solopos.com) – Sejumlah usaha kecil pembuatan kerupuk rambak di Kecamatan Bulu dan Nguter terpaksa gulung tikar karena ketatnya persaingan. Beberapa yang masih bertahan berupaya menembus pasar di luar Jawa agar usaha mereka tetap eksis.

KERUPUK RAMBAK -- Seorang pekerja menjemur kerupuk rambak di salah satu tempat pembuatan makanan itu di Dukuh Bendan, Desa Karangasem, Bulu, Sukoharjo. Foto diambil akhir pekan lalu. (JIBI/SOLOPOS/Triyono).

Advertisement
Pemilik usaha kerupuk rambak yang masih bertahan di Bendan, Karangasem, Wiratno, 46, menyebutkan usaha yang digelutinya sulit berkembang karena pesaing terus bermunculan di daerah-daerah lain. Pasokan produksi ke sejumlah kabupaten/kota di Pulau Jawa bahkan terpaksa dihentikan karena tidak mampu menutup biaya operasional.

“Satu tahun ini saya hentikan pengiriman ke Indramayu dan Jombang karena tidak menutup biaya operasionalnya. Sebagai gantinya saya justru memasarkan ke Dumai dan Aceh yang penjualannya cukup baik. Banyaknya pesaing membuat usaha kecil seperti ini sulit bertahan,” ungkapnya saat ditemui akhir pekan lalu.

Wiratno mengatakan beberapa tahun lalu sempat berkembang usaha pembuatan kerupuk rambak di Kecamatan Bulu. Usaha serupa juga berkembang di Kecamatan Selogiri, Wonogiri, yang berbatasan langsung dengan Bulu. Namun karena berbagai kendala, satu per satu usaha itu gulung tikar, sehingga saat ini cukup sulit menemukan yang masih bertahan. “Tak hanya di Bulu, di Nguter pun sempat berdiri usaha semacam ini. Selain itu di Selogiri. Tapi saat ini mereka sudah berhenti sama sekali karena banyak hambatan usaha,” tandasnya.

Advertisement

Ia menjelaskan di Nguter, usaha pembuatan kerupuk rambak sempat berkembang di Dukuh Pojok Desa Baran, sedangkan di Selogiri, sentra kerupuk rambak bisa ditemui di Jendi. Setelah gulung tikar, pemilik memilih beralih profesi menjadi tukang jahit atau bekerja di bidang lain.

Terpisah, Kepala Desa (Kades) Karangasem, Bambang Minarno, menyebutkan di desanya cukup banyak usaha kecil. Namun demikian minimnya pembinaan dan berbagai kendala yang ditemui membuat mereka sulit berkembang. “Namanya usaha kecil, umumnya hanya skala rumah tangga. Tetapi memang cukup banyak dan beragam di Karangasem,” ujarnya.

Menurut Bambang, selain usaha pembuatan kerupuk rambak, beberapa usaha kecil lain di Karangasem misalnya usaha pembuatan tempe, aneka roti dan keripik. Pihaknya berharap keberadaan industri kecil semacam itu mendapat perhatian memadai agar bisa berkembang. Hal itu sebagai upaya pemberdayaan guna mendorong kemajuan ekonomi wilayah.

Advertisement

try

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif