SOLOPOS.COM - Warga Ponggok, Kecamatan Polanharjo menggelar rangkaian kenduri banyu, Jumat (2/9/2022). (Istimewa/foto kiriman warga Agus).

Solopos.com, KLATEN – Warga Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten menggelar Festival Budaya Ponggok yang diisi dengan pentas wayang kulit semalam suntuk dan kenduri banyu, Jumat (2/9/2022) malam.

Kegiatan itu digelar sebagai ungkapan syukur atas limpahan air di desa yang terkenal dengan wisata airnya tersebut.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Rangkaian kegiatan festival digelar sejak Jumat sore diawali dengan flashmob tari di halaman kantor Desa Ponggok.

Kegiatan dilanjutkan dengan kenduri banyu diawali dengan kirab dari kantor Desa Ponggok menuju Umbul Besuki untuk pengambilan air serta ke Umbul Ponggok sebelum kembali lagi ke kantor desa.

Air yang sudah diambil dari sejumlah umbul di Ponggok kemudian disatukan dan disiramkan ke kepala desa serta perangkat desa di Ponggok.

Baca juga: Sejarah Desa Ponggok Klaten, Lokasi Air Melimpah dari Gunung Merapi

Kegiatan dilanjutkan dengan pentas wayang kulit semalam suntuk menghadirkan dalang Ki Tri Sugondo Carito menghadirkan lakon Tirta Mahening Suci.

Selaian perangkat desa serta warga Ponggok, rangkaian kegiatan itu diikuti dari berbagai sanggar tari di Klaten, warga dari daerah lereng Gunung Merapi, serta sanggar dari wilayah hilir seperti Delanggu dan sekitarnya.

Kepala Desa (Kades) Ponggok, Junaedi Mulyono, mengatakan kegiatan itu sebagai ungkapan syukur atas limpahan air yang ada di Ponggok.

Desa tersebut memiliki tujuh sumber mata air dan sebagian sudah dikelola menjadi daya tarik wisata. Keberadaan umbul yang ada di Ponggok menyokong kehidupan termasuk menggerakkan ekonomi warga pada bidang perikanan, pertanian, hingga pariwisata.

“Kami menyadari aset sumber daya alam khususnya air ini tidak serta merta datang begitu saja,” kata Junaedi.

Baca juga: Ponggok Walker, Satu-Satunya Wahana Sea Walker Air Tawar di Dunia

“Tentu ada andil dari wilayah hulu di Gunung Merapi dan Gunung Merbabu sebagai daerah tangkapan air di mana 20 persen air masuk ke tanah dan mengalir ke Ponggok, di mana Ponggok itu cekungan air,” kata Junaedi.

“Oleh karena itu kami mengajak teman-teman dari wilayah lereng Merapi, sedulur banyu, sanggar tari, serta budayawan untuk mengadakan kegiatan festival ini. Ini menjadi ruwatannya desa,” tambah Junaedi.

Terkait upaya untuk menjaga kelestarian daerah tangkapan air, Junaedi mengatakan selama ini penghijauan kerap dilakukan di wilayah lereng Gunung Merapi.

“Kami banyak mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di daerah hulu. Sebagai bentuk ucapan terima kasih itu kami menggelar transfer ilmu terkait pengelolaan desa, penanaman pohon, serta pipanisasi. Perlu kolaborasi untuk bersama-sama menjaga alam di sana [daerah hulu],” jelas dia.

Baca juga: Menteri Keuangan Puji Pengelolaan Dana Desa Ponggok Klaten

Koordinator kenduri banyu, Anshori, mengatakan rangkaian kegiatan digelar dengan mengirimkan pesan untuk berkolaborasi merawat sumber air dari daerah tangkapan air sebagai daerah hulu hingga ke wilayah hilir.

Lantaran hal itu, kegiatan tersebut melibatkan komunitas dari daerah hulu hingga hilir. “Semuanya di wilayah hilir juga bertanggung jawab untuk merawat air,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya