Soloraya
Senin, 22 Januari 2024 - 16:54 WIB

Sumur Kuno di depan TPU Bonoloyo Kena Proyek Underpass Joglo  

R Bony Eko Wicaksono  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemerhati sejarah sekaligus kerabat Keraton Solo, KRMAP L. Nuky Mahendranata Adiningrat melihat sumur kuno di lokasi proyek pembangunan underpass Joglo, Banjarsari Senin (22/1/2024). (Solopos.com/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SOLO–Dua sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) berdiri depan pintu masuk tempat permakaman umum (TPU) Bonoloyo, Banjarsari.

Mereka mengatur kendaraan bermotor di Jalan Sumpah Pemuda yang ditutup untuk mendukung pengerjaan proyek underpass Joglo. Sesekali, mereka menyetop kendaraan bermotor agar tak terjadi penumpukan kendaraan di depan TPU Bonoloyo.

Advertisement

Tepat di pinggir Jalan Sumpah Pemuda sisi selatan, ada kain hitam yang menutupi sumur. Saat Solopos.com menengok di bibir sumur, air di dalam sumur cenderung bening dan bersih. Tinggi muka air di sumur beberapa meter dari bibir sumur.

Tepat di atas sumur, terdapat tulisan “Sumur Pakubuwono VIII”. Di belakang sumur, ada tembok bangunan masjid yang belum sepenuhnya roboh.

Advertisement

Tepat di atas sumur, terdapat tulisan “Sumur Pakubuwono VIII”. Di belakang sumur, ada tembok bangunan masjid yang belum sepenuhnya roboh.

Lokasi sumur itu terdampak proyek pembangunan underpass Joglo yang saat ini mulai dikerjakan. Semua bangunan di pinggir jalan telah dirobohkan dan rata dengan tanah. Hanya sumur itu yang masih berdiri kokoh dan ditutup kain hitam.

“Sumur itu diperkirakan berusia ratusan tahun. Sumur itu di area Masjid Baitusy Syukur yang dorobohkan karena terkena proyek pembangunan underpass Joglo.,” kata seorang warga setempat, Manto, Senin (22/1/2024).

Advertisement

Masyarakat berharap sumur itu tidak ditutup dan tetap difungsikan meski di lokasi proyek pembangunan underpass Joglo. Air sumur bisa dialirkan melalui saluran air ke Masjid Baitusy Syukur yang direncanakan kembali dibangun di sekitar lokasi tersebut.

“Air sumur sangat jernih dan bening,” ujar dia.

Sementara itu, Camat Banjarsari, Beni Supartono Putro, mengatakan perwakilan masyarakat yang terdampak proyek underpass Joglo meminta agar sumur kuno itu tidak ditutup lantaran memiliki nilai histori. Kemudian, pemerintah dan pelaksana proyek mengabulkan permintaan warga setempat.

Advertisement

Namun, Beni tidak mengetahui secara jelas apakah sumur kuno itu erat hubungannya dengan Keraton Solo. Dia hanya berharap sumur kuno itu tidak dihilangkan fungsinya meski di lokasi pengerjaan pembanunan underpass Joglo.

“Sumur itu tidak dihilangkan fungsinya. Kami juga sudah berkoordinasi dengan pelaksana proyek,” jelas dia.

Sementara itu, pemerhati sejarah sekaligus kerabat Keraton Solo, Kanjeng Raden Mas Aryo Panji (KRMAP) L. Nuky Mahendranata Adiningrat alias Kanjeng Nuky mengatakan dari sepengetahuannya PB VIII jarang sekali beraktivitas di luar area Keraton Solo. Sehari-hari, PB VIII menghabiskan waktu di dalam area Keraton Solo.

Advertisement

PB VIII naik takhta sebagai Raja Keraton Solo pada usia 70-an. Dia berkuasa cukup singkat selama tiga tahun. “Logika saya, bisa jadi sumur kuno peninggalan Keraton Solo. Namun, belum tentu peninggalan PB VIII. Beliau jarang sekali bepergian keluar area keraton. Bisa jadi, sumur itu dibangun di era PB VIII atau bisa juga peninggalan PB X yang membangun pendapa di sekitar kawasan Joglo. Ini butuh arkeolog untuk meneliti batu bata sumur tersebut. Sehingga bisa diperkirakan tahun pembangunannya yang disinkronkan dengan masa pemerintahan PB VIII,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif