SOLOPOS.COM - Seorang warga Pondok RT 003/RW 005, Desa Bakalan, Kecamatan Polokarto, Wagiman, menunjukkan air sumurnya yang sudah berubah warna dan berbau. Foto diambil Kamis (23/10/2014). (Iskandar/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO—Sejumlah warga Dukuh Pondok RT 003/RW 005, Desa Bakalan, Kecamatan Polokarto, mengeluhkan air sumur mereka yang berubah jadi keruh dan berbau tak sedap.

Mereka menduga sumur-sumur tersebut telah tercemar limbah industri ciu yang terbawa aliran Kali Samin. Pencemaran di sumur itu terjadi sejak petani menyedot air Kali Samin untuk mengairi sawah mereka yang kekeringan karena kemarau.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Air sumur saya ini tadinya jernih. Sekarang berubah menjadi keruh, kecokelatan, dan berbau tidak sedap. Hal ini terjadi kira-kira satu bulan lalu ketika para petani mulai menyedot air dari Kali Samin untuk mengairi sawah,” ujar salah seorang warga setempat, Wagiman, 60, ketika ditemui wartawan di rumahnya, Kamis (23/10/2014).

Menurut Wagiman, Kali Samin tercemar limbah mulai dari Jembatan Kedung Ringin, Kecamatan Mojolaban dan diperkirakan sampai hilir sungai. Namun dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab pencemaran sungai itu.

Selain sumur miliknya, Wagiman mengatakan setidaknya ada dua sumur lain milik warga setempat yang juga tercemar. Sumur itu milik Parto Wiji dan Surono. Dengan demikian setidaknya terdapat tiga sumur yang tercemar.

Dia menjelaskan sumur-sumur yang tercemar itu berdekatan dengan sawah. Sumur yang tercemar itu airnya berubah warna menjadi kecokelatan dan berbau tak sedap.

Wagiman mengatakan sebenarnya sumurnya sudah dua kali dikuras airnya. Tapi warna kecokelatan air di sumurya tetap tak hilang dan masih berbau tak sedap.

“Lihat sendiri airnya sudah berubah dan bau seperti ini. Dulu airnya bening, tidak seperti ini,” kata dia.

Wagiman menjelaskan meski tercemar air sumur tersebut masih digunakan untuk keperluan sehari-hari. Seperti mandi dan mencuci pakaian. Sejauh ini dia dan keluarganya tak merasakan gatal di kulit. Tapi, untuk konsumsi sehari-hari seperti untuk memasak, minum, dan sebagainya dia mengambil air dari sumur tetangga.

Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat setempat, Nurdin, 56, menduga air kali itu tercemar limbah badhek dari sejumlah rumah tangga yang memproduksi ciu dan membuang limbah atau badhek-nya ke kali. Ia meminta pemerintah turun tangan guna mencegah agar pencemaran tak semakin parah.

Dia menilai petani yang mengambil air dari sungai itu tak bisa disalahkan begitu saja. Petani mengambil air dari sungai karena terpaksa. Jika mereka tak menyedot air dari sungai itu tanaman padi mereka terancam tak bisa dipanen.

“Yang harus disalahkan tentu mereka yang membuang limbah ke sungai. Mereka melanggar aturan dan berdasar ketentuan, mereka bisa didenda. Di sini Badan Lingkungan Hidup [BLH] harus tegas,” ujar dia.

Menurut dia, pencemaran Kali Samin yang bermuara di Sungai Bengawan Solo saat kemarau seperti sekarang ini terlihat jelas. Hal itu karena air di kali itu hampir tak ada sehingga limbah yang dibuang ke kali tak bisa segera dialirkan. Warna air di sungai itu pun menjadi hitam pekat dan berbau tak sedap.

Terpisah, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sukoharjo, Suradji, mengatakan hingga kemarin belum mendapat laporan mengenai pencemaran limbah di sumur warga Desa Bakalan itu. Namun, ia mengatakan akan menindaklanjuti informasi tersebut dengan melihat langsung kondisi di lapangan.

“Belum ada laporan masuk ke meja kami. Nanti kami mencari informasi lebih lanjut dan akan mengecek ke lapangan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya