SOLOPOS.COM - Salah Seorang warga Posakan, Cawas, tengah menambang pasir di aliran Sungai Dengkeng, Selasa (10/7/2012). Penambangan tersebut hanya bisa dilakukan saat musim kemarau, karena saat penghujan sungai itu meluap. (Arief Setiadi/JIBI/SOLOPOS)
Seorang warga Posakan, Kecamatan Cawas, Klaten tengah menambang pasir di aliran Sungai Dengkeng, Selasa (10/7/2012). (Arief Setiadi/JIBI/SOLOPOS)
Berkurangnya debit air di Sungai Dengkeng pada musim kemarau seperti saat ini justru mengalirkan rejeki tersendiri bagi warga Posakan, Kecamatan Cawas, Klaten. Wargapun mulai menambang pasir yang ada di dasar sungai tersebut untuk dijual.
Salah seorang penambang Pardi, 35, ketika ditemui Solopos.com, Selasa (10/7/2012), mengatakan saat sungai kering, menjadi berkah bagi dirinya, karena hanya saat musim kemarau saja pasir tersebut dapat ditambang.
Pardi menambahkan pasir yang ditambang tersebut dijual dengan harga bervariasi, tergantung banyak sedikitnya permintaan. “Untuk satu bak truk besar harganya Rp.180.000 untuk bak kecil lebih murah,” ungkapnya.
Penambang lain, Wagino, 43, mengatakan dalam sehari dirinya mampu mengumpulkan pasir sebanyak satu hingga dua bak truk. Meskipun demikian Wagino menambahkan, tidak setiap hari pasir itu laku. “Kadang-kadang laku, pernah tidak laku sama sekali,” kata Wagino.
Hal yang sama juga diucapkan oleh penambang yang lain, Darsono, 46, dirinya mengaku sangat beruntung di saat musim kemarau, karena persedian pasir di sepanjang aliran Sungai Dengkeng cukup melimpah. Selain itu hasil dari menambang pasir tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan ekonomi keluarganya. Sementara dari pantauan Solopos.com, di aliran sungai itu terdapat setidaknya sepuluh orang yang bekerja menambang pasir.