Soloraya
Senin, 8 Agustus 2011 - 08:23 WIB

Suparno kapok berjualan kembang api

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Memperbaiki Rumah (Foto: Muhammad Khamdi)

Memperbaiki Rumah (Foto: Muhammad Khamdi)

Puing-puing bambu tergeletak di sekitar rumah Suparno, 48, yang berada di pinggir Jalan Raya Klaten-Jatinom, Desa Kwaren, Kelurahan Gergunung, Klaten Utara.

Advertisement

Beberapa orang membuat adonan pasir dan sebagian lain menggergaji bambu untuk memperbaiki rumah yang rusak berat terbakar api yang bersumber dari ledakan kembang api pada Jumat (5/8/2011) petang lalu.

Puluhan warga dan sebagian pengguna jalan meluangkan waktu sejenak melihat kondisi rumah Suparno dan Suwarni, 46. Rumah berukuran 6 m X 12 m itu hampir separuhnya ludes dilalap si jago merah. Raut kesedihan tampak dari wajah Suparno.

Advertisement

Puluhan warga dan sebagian pengguna jalan meluangkan waktu sejenak melihat kondisi rumah Suparno dan Suwarni, 46. Rumah berukuran 6 m X 12 m itu hampir separuhnya ludes dilalap si jago merah. Raut kesedihan tampak dari wajah Suparno.

”Namanya musibah, kami semua nggak tahu,” ujar Suparno membuka perbincangan dengan Espos, Minggu (7/8/2011).

Suparno mengakui dirinya berjualan kembang api sejak 2010. Pekerjaan Suparno  sebenarnya sebagai salesman, dia berjualan kembang api untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Advertisement

Barang dagangan kembang api itu, papar Suparno, dijual seharga Rp 5.000-Rp 50.000 per biji, tergantung variasi ledakan. Dia mengelak dikatakan berjualan petasan.

“Saya sudah tahu berjualan petasan itu dilarang. Saya hanya berjualan kembang api,” paparnya.

Sampai hari kelima Ramadan, Suparno mengatakan sebanyak 50-an biji kembang api telah terjual. Ia hanya mengambil keuntungan sebesar 10% dari harga perkulakan  di agen. Ungkapan penyesalan berulang kali terucap dari mulut Suparno.

Advertisement

Maksud hati Suparno untuk mendapatkan penghasilan tambahan terhenti total. “Untung tak seberapa, namun risikonya seperti ini. Saya tidak mau lagi berjualan kembang api. Kalau ada uang, lebih baik berjualan barang dagangan yang tidak membahayakan saja,” ujarnya dalam bahasa Jawa.

Sementara itu, di sekitar lokasi kejadian terlihat beberapa rombongan orang silih berganti menanyakan keadaan rumah Suparno yang terbakar. Puluhan orang itu ternyata tetangga Suparno dan kerabat dari Dukuh Gubukan, Desa Pandeyan, Kecamatan Jatinom.

(Muhammad Khamdi)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif