Soloraya
Rabu, 13 Oktober 2021 - 08:08 WIB

Susu Jadi Komoditas Andalan Desa Banyuanyar Boyolali

Cahyadi Kurniawan  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peternak memberi pakan sapi perah di kandang di Dukuh Wangan, Desa Banyuanyar, Kecamatan Boyolali, Sabtu (9/10/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, BOYOLALI—Hampir dua dekade sudah warga Banyuanyar memanfaatkan susu sapi sebagai salah satu sumber penghasilan. Saban hari ada sekitar 3.500-4.000 liter susu dihasilkan dari desa ini. Meski demikian, usaha menggarap susu jadi komoditas andalan desa masih menyisakan tantangan besar yakni ketersediaan air bersih.

Usaha susu ini salah satunya digarap oleh Kelompok Tani Sumber Widodo 1, Dukuh Wangan, Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Boyolali. Warga Dukuh Wangan, Parmono, menyebutkan sekitar 100-an sapi perah aktif dari total 140 keluarga. Wangan sendiri berkontribusi terhadap 10 persen susu yang dihasilkan di Banyuanyar.

Advertisement

Selama ini, susu yang dihasilkan umumnya dijual kepada pengepul atau tengkulak yang datang ke kampung saban hari. Harganya Rp6.250-Rp6.500 per liter susu.

Baca Juga: Capaian Vaksinasi di Joho Klaten Tak Mungkin 100 Persen, Kenapa?

Advertisement

Baca Juga: Capaian Vaksinasi di Joho Klaten Tak Mungkin 100 Persen, Kenapa?

Melihat potensi ini, Parmono berputar otak agar peternak bisa meningkatkan pendapatan. Ia mengolah susu ini menjadi produk hasil jadi siap konsumsi seperti susu segar, yogurt, keju, dan lainnya. Hal ini dilakukan lantaran susu dari Wangan memiliki kualitas yang baik.

“Setiap pengepul bawa alat sendiri untuk mengukur kualitas susu. Kalau [kualitas] tidak masuk, susu tidak diambil,” kata Parmono, saat berbincang dengan Solopos.com di Wangan, Sabtu (9/10/2021).

Advertisement

Baca Juga: PKL Optimistis Segera Boleh Berjualan di Alun-Alun Wonogiri

Bukan sekali dua kali warga berusaha mencari sumber air. Namun, sumber air ini tak ditemukan khusus Wangan di wilayah yang lebih rendah. “Pernah ada warga mengebor hingga 30 meter tapi tak juga muncul air,” ujar dia.

Kepala Desa Banyuanyar, Komarudin, membenarkan soal kesulitan air bersih di Wangan. Ia beberapa kali meminta bantuan keuangan untuk membangun sumber air bersih. Namun, hasilnya tidak optimal.

Advertisement

“Solusinya kami mulai gerakan sumur resapan atau biopori. Gerakannya bertahap tapi mengena. Kami imbau kepada warga pentingnya sumur resapan, biopori. Ini salah satu cara atasi kekeringan,” ujar dia.

Baca Juga: Lahan Pertanian Berkurang karena Tol Solo-Jogja, Klaten Genjot Produksi

 

Advertisement

Konsultan

Ia juga mendatangkan konsultan untuk memetakan potensi air di Banyuanyar. Pemetaan ini digelar guna menyusun master plan potensi air. Dari sana terlihat mana saja potensi air di sembilan dukuh yang ada termasuk metode pemanfaatannya apakah menggunakan bor, resapan, sumur, dan lainnya.

Tak hanya itu, Komarudin juga menggelontorkan dana Rp50 juta pada tahun depan untuk pengembangan susu di Banyuanyar. Dana itu dipakai untuk membentuk kampung susu terintegrasi yang dengan peternakan, sumber pangan, dan sumber energi yang diolah dari pemanfaatan kotoran sapi.

Semangat ini menguat demi memberikan nilai tambah produk olahan susu. Selama ini harga susu masih lebih murah ketimbang harga air mineral. Artinya, kesejahteraan para peternak susu belum maksimal diterima.

Baca Juga: Angkringan Khas Bayat Klaten Berdiri di Korsel sebelum Pandemi Covid-19

“Susu jadi konsumsi masyarakat turun temurun seperti jahe dan kopi. Ruhnya memberdayakan. Ke depan, ini dikemas menjadi destinasi wisata juga. Dengan fondasi wisata, otomatis UMKM per dukuh jalan. Wisata jalan, ekonomi jalan,” tutur dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif