Soloraya
Minggu, 12 Mei 2024 - 15:22 WIB

Batuan Purba di Bayat Klaten Sudah Dikenal Geolog Dunia sejak Masa Kolonial

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Stasiun Lapangan Geologi Prof R Soeroso Notohadiprawiro di Kecamatan Bayat, Klaten, yang baru diresmikan pada Sabtu (11/5/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENBatuan purba di pegunungan wilayah Bayat, Klaten, sudah sejak lama menjadi sorotan para ahli geologi dunia. Batuan di wilayah sisi selatan Kabupaten Klaten tersebut berasal dari banyak sumber dan mewakili sejarah bumi yang sangat panjang.

Kepala Stasiun Lapangan Geologi UGM Yogyakarta, Didit Hadi Bariyanto, menjelaskan keberadaan Bayat secara geologis sudah dikenal sejak masa kolonial Belanda. Pada 1929, Bayat menjadi tuan rumah simposium kebumian kedua se-Asia Pasifik.

Advertisement

Saat itu, ahli geologi asal Belanda bernama Bothe mengundang para ahli geologi ke Bayat dan pegunungan sisi selatan. “Dia menyelenggarakan konferensi di sini karena geologi di sini sangat unik,” kata Didit saat ditemui Solopos.com di Stasiun Lapangan Geologi UGM di Kecamatan Bayat, Klaten, Sabtu (11/5/2024).

Tidak hanya di level Indonesia, Didit mengatakan keunikan batuan purba di Bayat, Klaten, dikenal di level dunia. “Itu konferensi geologi pertama tidak hanya di Indonesia bahkan di Asia-Pasifik,” tambahnya.

Advertisement

Tidak hanya di level Indonesia, Didit mengatakan keunikan batuan purba di Bayat, Klaten, dikenal di level dunia. “Itu konferensi geologi pertama tidak hanya di Indonesia bahkan di Asia-Pasifik,” tambahnya.

Sementara itu, geolog UGM mulai berkegiatan lapangan di wilayah Bayat sejak 1968. Hal itu bertujuan menggali nilai sejarah dan fungsi edukasi dari batuan purba di Bayat yang tinggi.

“Namun stasiun lapangan UGM yang permanen di sini baru berdiri pada 1984. Pada 2016, atas inisiatif Pak Menteri, gedung yang satu lantai diubah menjadi tiga lantai dan statusnya sebagai asrama. Jadi belum punya ruang kuliah. Padahal kegiatan kami tidak hanya tingkat nasional tetapi juga internasional,” jelas Didit.

Advertisement

12 Universitas Belajar di Bayat

Keberadaan stasiun lapangan selama ini mendukung aktivitas akademisi terutama para mahasiswa utuk melakukan penelitian batuan purba di Bayat, Klaten. Tak hanya dari dalam negeri, berbagai universitas dari luar negeri selama ini belajar tentang sejarah kebumiaan dari singkapan batuan di perbukitan Bayat dan sekitarnya.

“Sebelum pandemi Covid-19 itu, ada 12 universitas yang menggunakan fasilitas stasiun lapangan di Bayat,” kata dia. Disinggung umur batuan purba di Bayat, Didit menjelaskan batuan tertua yang sudah terdata saat ini umurnya mencapai 98 juta tahun.

Batuan itu terbentuk di kedalaman lebih dari 10 kilometer (km) di bawah permukaan tanah dan terangkat. “Itu unik. Jadi di Bayat ini punya batuan bahkan terbentuk sebelum pulau Jawa lahir,” kata Didit.

Advertisement

Batuan purba di Bayat, Klaten, yang menyimpan banyak pengetahuan perlu dilestarikan sebagai proses pembelajaran. Tidak hanya di Klaten tetapi juga seluruh Indonesia.

“Karena batuannya dari banyak sumber mewakili sejarah bumi yang sangat panjang. Kalau bisa ini menjadi fungsi konservasi dan wisata yang bagus dan bisa menjadi ikon Klaten,” kata Didit.

Beberapa tahun lalu, Pemkab Klaten mengusulkan perbukitan di wilayah Bayat menjadi geoheritage. Didit ikut membantu proses pengusulan geoheritage itu. Pada Desember 2023 lalu, Kementerian ESDM menetapkan 13 situs geologi atau geosite di wilayah Bayat dan Wedi sebagai warisan geologi atau geoheritage.

Advertisement

Surat Keputusan (SK) Menteri ESDM terkait Penetapan Warisan Geologi (Geoheritage) itu sudah diterima Bupati Klaten Sri Mulyani dari Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, Senin (18/12/2023).

Wakil Bupati Klaten, Yoga Hardaya, menjelaskan SK penetapan belasan situs geologi di wilayah Bayat menjadi geoheritage keluar pada 2023 lalu. Dia berharap situs geologi yang sudah ditetapkan bisa dilestarikan.

“Jadi perlu dilestarikan. Jangan sampai batuan ditambang atau lainnya. Itu [warisan geologi di Bayat] bagus untuk wisata geologi,” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif