Soloraya
Senin, 17 Juni 2024 - 15:18 WIB

Sembelih 35 Ekor Sapi Selesai 5 Jam, Kegiatan Iduladha Fenomenal di Sragen

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para warga bergotong-royong kompak memroses hewan kurban mulai dari penyembelihan sampai distribusi di halaman Masjid Al Hikmah Margoasri, Puro, Karangmalang, Sragen, Senin (17/6/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Sebanyak 640-an orang bergotong-royong dengan perannya masing-masing. Mereka memadati gang di seputaran Masjid Al Hikmah Perumahan Margosari, Desa Puro, Kecamatan Karangmalang, Sragen. Mereka memproses hewan kurban berupa sapi sebanyak 35 ekor dan kambing tujuh ekor dalam momentum Iduladha, Senin (17/6/2024).

Proses penyembelihan hewan kurban di Margoasri selalu menjadi yang paling fenomenal di Sragen karena jumlah sapinya hampir selalu di atas 30 ekor pada setiap tahunnya.

Advertisement

Hebatnya lagi, pemprosesan hewan kurban mulai dari penyembelihan hingga distribusi daging kurban diselesaikan dalam tempo hanya lima jam. Kunci kecepatan pemrosesan tersebut terletak pada kekompakan dan kesadaran kolektif dalam satu komando Takmir Masjid Al Hikmah Margoasri.

Pembagian tugasnya cukup teratur karena tanggung jawab dibagi berbasis lingkungan rukun tetangga (RT). Ada 13 RT di perumahan yang berdiri sejak 1995 itu.

Advertisement

Pembagian tugasnya cukup teratur karena tanggung jawab dibagi berbasis lingkungan rukun tetangga (RT). Ada 13 RT di perumahan yang berdiri sejak 1995 itu.

Setiap RT mendapat jatah tanggung jawab pekerjaan masing-masing dan pada setiap tahunnya dilakukan rolling atau pergantian peran. Pekerjaan yang dimulai pukul 07.30 WIB dan selesai pada pukul 12.30 WIB.

“Pekerjaan memang dibagi per RT untuk memudahkan koordinasi. Misalnya, bagian pengulitan khusus diberikan kepada warga di RT 030, 031, dan 032. Kalau satu RT itu ada 60 kepala keluarga (KK) maka tiga RT itu ada 180 orang petugas khusus bagian pengulitan. Jadi satu ekor sapi itu dikuliti bisa 5-6 orang,” ujar Ketua Takmir Majid Al Hikmah dan sekaligus Ketua Panitia Iduladha, Suprapto, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (17/6/2024).

Advertisement

Peran tersebut setiap tahunnya berganti sehingga warga di RT 023 misalnya tidak melulu mengurusi jeroan dan seterusnya biar sama-sama merasakan peran semua.

Dia juga menunjuk tim khusus untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan pengalaman, seperti perobohan sapi saat hendak disembelih dan pembagian daging khusus warga pengkurban. Sistem itu berjalan dengan sendirinya dan Suprapto tinggal mengoordinasikan antarkelompok.

Khusus di bagian pertulangan disediakan tiga mesin gergaji tulang sehingga cepat dalam pemotongan tulang yang keras. Semua bagian hewan kurban tidak ada yang tersisa. Bahkan bagian limbah berupa kotoran sapi pun ada yang mengambil untuk dimanfaatkan menjadi kompos dan limbah lainnya disedot dengan menggunakan truk tangki sedot tinja.

Advertisement

“Jumlah hewan kurban pada tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Kalau tahun lalu ada 34 ekor sapi dan satu ekor kambing sedangkan tahun ini ada 35 ekor sapi plus satu ekor sapi sedekah dari juragan sapi bukan untuk kurban, tetapi untuk diberikan kepada warga Margoasri dan sisanya dibagian ke warga lain. Jumlah kambing tahun ini juga ada tujuh ekor,” jelas Suprapto.

Dari 35 ekor sapi itu, sebanyak 33 ekor sapi di antara merupakan sapi bali yang dibeli dari juragan sapi asal Pengkok, Kedawung, Sragen, dr. Aan Cahyanto Bayu Aji.

Sedangkan yang dua ekor merupakan sapi limosin karena persediaan sapi bali habis. Baru kali ini, jenis sapi-sapi yang jadi hewan kurban di Margoasri merupakan sapi bali.

Advertisement

“Ya, baru tahun ini mencoba sapi bali. Dagingnya baik, lebih babar. Kelihatannya setelah diproses memang babar, kulitnya tebal, dan gajihnya tidak banyak. Karakternya berbeda dengan sapi limosin yang masih ada gajihnya. Kalau diibaratkan ayam, sapi bali ini seperti ayam kampung sedangkan sapi limosin itu seperti ayam potong,” jelas Suprapto yang diamini anggota panitia lainnya, Amrih.

Suprapto menyampaikan kalau hasilnya bagus maka setiap tahunnya bisa menggunakan sapi bali sebagai hewan kurban karena harganya juga terjangkau, rata-rata di harga Rp20 juta. Dia menjelaskan setiap pengkorban itu kan iurannya Rp3 juta. Satu ekor sapinya, kata dia, ditanggung tujuh orang pengkurban sehingga total dana terkumpul Rp21 juta.

“Yang Rp1 juta untuk operasional dan Rp20 juta untuk beli sapi. Operasional itu digunakan untuk semua kegiatan untuk kelancaran pemrosesan hewan kurban, seperti kaus, sewa mobil tinja, distribusi, hingga konsumsi. Kebetulan dari juragan sapinya, dr Aan, juga memberi hadiah kaus bagi pengkorban, jadi tujuh potong kaus kali 35,” jelasnya.

Suprapto menyiapkan 970 paket untuk didistribusikan kepada warga di Margoasri. Setiap paketnya terdiri atas daging 1,5 kg plus lain-lain, sedangkan panitia per paket ada daging 0,4 kg plus tulang, jerohan, kulit atau kaki.

Ada juga paket untuk permintaan proposal dengan komposisi daging 0,3 kg plus jerohan, tulang, dan seterusnya. “Bagi pengkurban mendapat 3 kg daging plus 10 paket daging kurban per orang untuk saudara dan tetangganya,” jelas dia.

Salah seorang warga Margoasri RT 023, Ibnu, menyampaikan warga di lingkungan RT-nya mendapat jatah sebagai bagian jeroan. Dia menyebut ada 50 orang di bagian itu. “Tugasnya ya mencuri jerohan, memotongi jerohan dan seterusnya. Kalau tahun depan mungkin mendapat peran tidak lagi di jerohan karena ada rolling pekerjaan,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif