Soloraya
Senin, 17 Juni 2024 - 15:58 WIB

Semangat Gotong-royong, Warga Wonogiri Pilih Iuran untuk Beli Hewan Kurban Sapi

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga bekerja sama memotong atau mencacah daging kurban bagian per bagian untuk dibagikan kepada warga di lingkungan Kajen, Kelurahan Giripurwo, Wonogiri, Senin (17/6/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Hari raya Iduladha di Wonogiri dirayakan secara sederhana tetapi penuh makna, Senin(17/6/2024). Hari raya kurban ini menjadi momentum bagi mereka untuk saling berbagi sekaligus menjalin silaturahmi dalam komunitas kecil di desa.

Hal itu tercermin dari para warga yang tetap berusaha menyembelih hewan kurban meski dalam kondisi keterbatasan ekonomi. Mereka rela patungan untuk menyembelih hewan kurban agar warga sekitar bisa menyantap daging sapi atau kambing pada Hari Besar umat Islam itu.

Advertisement

Ketua Dewan Masjid Kelurahan Wonokarto, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Maryanto, mengatakan di Wonokarto ada 67 sapi dan 59 kambing yang dikurbankan. Hewan sebanyak itu disembelih di 23 kelompok penyembelihan.

Dia memastikan 90% lebih sapi yang dikurbankan tersebut bukan hanya dari perorangan, melainkan hasil patungan dari beberapa warga di tingkat rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), atau komunitas masyarakat lainnya.

Advertisement

Dia memastikan 90% lebih sapi yang dikurbankan tersebut bukan hanya dari perorangan, melainkan hasil patungan dari beberapa warga di tingkat rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), atau komunitas masyarakat lainnya.

Sementara untuk kambing, mayoritas dikurbankan dari perorangan. Hal ini bisa dipahami karena kambing jauh lebih murah dibandingkan sapi. Harga kambing sekitar Rp2 juta-Rp3 juta/ekor, sedangkan harga sapi lebih dari Rp20 juta/ekor.

Di sisi lain, warga menginginkan kurban sapi lantaran dagingnya lebih banyak dan lebih mudah dikonsumsi untuk semua kalangan. “Saya bisa bilang 99% sapi yang dikurbankan di sini [Wonokarto] itu hasil dari iuran. Itu tidak masalah, dalam syariat diperbolehkan,” kata Maryanto saat ditemui Solopos.com di Masjid Al Hidayah Wonokarto, Senin.

Advertisement

Menurutnya, jumlah itu termasuk yang terbanyak di Wonogiri dalam skala desa/kelurahan. Untuk diketahui, Kelurahan Wonokarto mayoritas warganya kelas menengah ke atas yang tinggal di kawasan perumahan.

Maryanto menyebut dengan jumlah hewan kurban yang disembelih itu, ketersediaan daging kurban di Wonokarto biasanya berlebih. Daging hewan kurban yang berlebih itu biasa dikirim ke wilayah lain yang tak banyak warga berkurban.

”Jumlah hewan kurban yang terdata itu baru dari warga kelurahan, belum dari organisasi masyarakat keagamaan, biasanya 20-an sapi,” ujarnya.

Advertisement

Budaya patungan untuk membeli hewan kurban yang menggambarkan gotong-royong ini tidak hanya di Kelurahan Wonokarto. Tetapi juga di wilayah lain di Wonogiri. Hal itu diungkapkan salah satu warga Kelurahan Giripurwo, Wonogiri, Basriati.

Perempuan itu ikut iuran bersama enam orang lainnya senilai Rp3,2 juta/orang untuk membeli hewan kurban sapi. Patungan hewan kurban itu dilakukan karena dia mengaku memiliki keterbatasan dana untuk membeli sapi seorang diri.

Sebenarnya uang iuran itu bisa digunakan untuk membeli hewan kurban kambing. Akan tetapi, menurutnya dengan menyembelih sapi, daging yang dihasilkan semakin banyak. Dengan begitu, warga yang mendapatkan daging sapi pun semakin banyak pula.

Advertisement

Kerja Sama Penyembelihan

”Kalau menyembelih sapi kan dagingnya bisa dibagikan nganti kana-kana, [lingkungan lain]. Lagi pula daging sapi itu lebih banyak yang mudah mengonsumsi daripada kambing. Kalau kambing kan efeknya bisa bikin darah tinggi,” jelasnya.

Iuran untuk membeli hewan kurban sapi itu sudah biasa dilakukan Basriati selama bertahun-tahun. Menurutnya, hal itu tidak menyalahi aturan. Bahkan banyak orang yang melakukan hal serupa.

Basriati memaknai momen Iduladha ini sebagai hari saling berbagi. Selain itu, momen merekatkan hubungan sosial warga di lingkungan sekitar apa pun latar belakang ekonomi maupun kepercayaannya.

Setiap hewan kurban disembelih, warga secara otomatis akan bekerja sama memotong dan menimbang daging hewan kurban untuk dibagikan. Pantauan Solopos.com di Lingkungan Kajen, Kelurahan Giripurwo, Wonogiri, penyembelihan hewan kurban dilakukan bersama-sama oleh warga.

Mereka bekerja bakti menguliti hewan yang telah disembelih dan memotong bagian per bagian. Mereka yang ikut dalam kerja bakti itu tidak hanya warga muslim. Warga yang beragam selain Islam seperti Katolik pun turut dalam proses mencacah daging setelah disembelih ahlinya.

Sementara itu, warga Kelurahan Giripurwo lainnya, Desti Karunia Wati, menyampaikan memilih berkurban satu ekor kambing karena memang sudah sesuai niat dari awal. Menurutnya, masing-masing orang memiliki pilihan untuk berkurban dengan cara apa pun asal tidak melanggar syariat. “Yang penting niatnya baik, mau berbagi. Beribadah kepada Allah,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif