SOLOPOS.COM - Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyapa seorang balita saat kegiatan Komitmen Kader Kesehatan untuk tangani AKI, AKB, dan stunting di Balai Desa Jambanan, Sidoharjo, Sragen, Senin (19/6/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Selama Januari-Juni 2023 jumlah angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Sragen mencapai tujuh kasus sedangkan angka kematian bayi/balita (AKB) 40 kasus. Jumlah kasus tersebut lebih sedikit bila dibandingkan jumlah kasus AKI-AKB pada 2022 yang sebanyak 14 kasus dan jumlah AKB 2022 sebanyak 123 kasus.

Untuk terus menekan AKI dan AKB, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, gencar melakukan sosialisasi dengan mengumpulkan kader kesehatan di setiap kecamatan. Hingga Senin (19/6/2023), Bupati sudah meminta komitmen kader kesehatan di 16 kecamatan dari total 20 kecamatan di Kabupaten Sragen.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Para kader kesehatan ini menjadi ujung tombak dalam pencegahan timbulnya AKI dan AKB. Total jumlah kader kesehatan di Sragen mencapai 8.330-an orang. Mereka mendapatkan insentif Rp25.000 per bulan.

Pada Senin ini, Bupati meminta komitmen kader kesehatan di Kecamatan Sragen dan Kecamatan Sidoharjo. “Kasus AKI dan AKB harus ditangani. Penyuluhan selalu ada di puskesmas karena ada dana rutin dari BOK [bantuan operasional kesehatan]. Penyuluhan tidak berhenti meskipun angka stunting rendah atau tinggi karena dananya tersedia. Bedanya, kepala daerah komitmen untuk terjun langsung memberi pemahaman dan menyapa kader kesehatan,” ujar Yuni, sapaan Bupati, saat ditemui Espos di Balai Desa Jambanan, Sidoharjo.

Yuni menjelaskan kepala daerah yang terjun langsung memiliki rasa yang berbeda sehingga diharapkan para kader kesehatan lebih serius menekan AKI, AKB, dan stunting. “APBD mengeluarkan dana sampai Rp2,5 miliar untuk insentif kader kesehatan. Kalau insentif itu ditambah Rp5.000 per orang per bulan saja maka harus menyediakan dana tamahan Rp500 juta. Penambahan itu dipertimbangkan betul,” ujar Bupati.

Ia mengaku sudah keliling di 16 kecamatan untuk memahamkan masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Tinggal empat kecamatan yang belum, yakni Jenar, Sambungmacan, Tangen, dan Ngrampal.

Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, Agustin Sri Sumiwi Yuliana, membeberkan tujuh kasus kematian ibu itu berada di wilayah Gondang, Kalijambe, Ngrampal, Tanon, Gemolong, Sukodono, dan Gondang. Kasus itu terjadi sebagian besar karena preeklamsia atau komplikasi kehamilan berpotensi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.

Untuk kematian bayi yang mencapai 40 kasus, jumlah tertinggi ada di Kecamatan Kedawung yang mencapai lima kasus. “Kasus bayi meninggal ini karena berat badan saat lahir tidak normal atau berat badan lahir rendah. Upaya pencegahan dilakukan sejak pengantin baru atau bahkan sejak masih remaja. Kalau sudah hamil dilakukan pemberian makanan tambahan, pemeriksaan ibu hamil, penambah darah bagi remaja, dan seterusnya,” ujarnya.

Dia berharap AKI di Sragen tidak bertambah, demikian pula AKB. Untuk itu, warga diminta untuk menghindari 4T yakni terlalu tua untuk hamil, terlalu muda untuk hamil, terlalu sering hamil, dan terlalu dekat jarak melahiran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya