SOLOPOS.COM - Pabrik Gula Karanganom Klaten. (Blusukan Pabrik Gula/kitlv.nl)

Solopos.com, KLATEN–Kabupaten Klaten menyimpan sejarah pabrik gula atau PG terbanyak di wilayah Soloraya. Salah satunya PG Karanganom. PG yang terletak di Desa Karangan, Kecamatan Karanganom,memiliki keunikan karena punya empat cerobong asap.

Buku Archief Voor de Suikerindustrie in Ned Indie terbitan 1919 yang kini tersimpan di Perpustakaan PG Mojo, Sragen, seperti dikutip Solopos.com, 25 Juni 2021, menyebutkan terdapat sembilan PG di Klaten.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Selain PG Karanganom, PG yang kini hanya tinggal jejaknya tersebut adalah PG Wonosarie di Wonosari, PG Tjokrotoeloeng di Tulung, PG Ponggok di Polanharjo, PG Delanggoe di Delanggu, PG Tjepper di Ceper, PG Manishardjo di Pedan, PG Kradjanredjo di Jatinom, dan PG Prambonan di Bakalan, Manisrenggo. Selain sembilan PG tersebut, masih ada satu lagi PG yang masih terlihat kukuh berdiri yaitu PG Gondang Winangoen.

Baca Juga: Cari Pabrike Mbahe, Warga Belanda Datangi Bekas PG Karanganom Klaten

Pegiat pelestari cagar budaya Klaten, Hari Wahyudi, mengatakan PG Karanganom memiliki keunikan dibandingkan PG lainnya yang pernah berdiri di era kolonial Belanda. Keunikan PG Karanganom yakni pabrik tersebut memiliki empat cerobong asap.

“Kalau pabrik gula lainnya yang pernah berdiri di sekitar pabrik ini hanya memiliki satu cerobong asap,” kata Hari Wahyudi kepada Solopos.com, Kamis (10/2/2022).

PG Karanganom didirikan pada era kolonial Belanda dengan tahun pendirian sekitar 1840 dan beroperasi hingga 1930-an. Namun, bangunan utama PG itu tak lagi terlihat dan menyisakan bangunan seperti fondasi serta saluran air di tengah permukiman.

Baca Juga: Sejarah Umbul Ponggok Klaten, Dulu Reservoir Pabrik Gula Belanda

Kepala Desa Karangan, Gunarto, memperkirakan PG Karanganom pernah berdiri megah di wilayah yang kini menjadi kawasan Dukuh Tanjunganom serta Polengan. Meski bangunan utama pabrik itu tak lagi terlihat dan berganti dengan permukiman, masih ada beberapa bagian bangunan yang hingga kini kukuh berdiri dan sebagian dimanfaatkan warga.

Bangunan itu seperti saluran air dari Umbul Ponggok yang diperkirakan untuk irigasi perkebunan tebu pendingin mesin pabrik hingga kini masih ada dan dimanfaatkan untuk pertanian. Ada pula bangunan yang diperkirakan menjadi fondasi cerobong asap pabrik di tengah permukiman Tanjunganom.

Salah satu warga Dukuh Tanjunganom, Ngadimin, 65, menjelaskan sejak dulu wilayah Tanjunganom dikenal pernah berdiri PG. Hingga kini, dukuh tersebut lebih dikenal warga setempat dengan nama Babrik yang berarti pabrik. Pada masa lalu, kawasan Tanjunganom menjadi lokasi berdirinya tempat produksi gula.

Baca Juga: Di Pasar Cokro Klaten Dahulu Berdiri Pabrik Gula Tjokro Toeloeng

Sebelumnya, rombongan warga Belanda pernah mendatangi Desa Karangan, Kecamatan Karanganom, Klaten. Mereka datang lantaran ingin menelusuri jejak peninggalan PG yang pernah berdiri di desa setempat pada era kolonial Belanda.

Kepada warga Tanjunganom, rombongan warga Belanda itu datang untuk mencari pabrik yang pernah didirikan oleh leluhur mereka. Mereka datang untuk mencari tempat mereka dilahirkan ketika orang tua mereka bekerja di pabrik tersebut.

“Mereka datang untuk mencari pabrike mbahe [pabrik milik kakeknya]. Sudah dicari ke mana-mana gagal akhirnya sampai di Karanganom ini,” kata Ngadimin.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya