Soloraya
Minggu, 7 November 2021 - 20:44 WIB

Tak Ada Plastik di Pasar Ngatpaingan Cepogo Boyolali

Cahyadi Kurniawan  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana Pasar Ngatpaingan di Dukuh Dangean, Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Minggu (7/11/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, BOYOLALI—Dua kali sudah Solopos.com, memutari ke-30 stan di Pasar Ngatpaingan. Namun, air minum dalam kemasan (AMDK) tak jua ditemukan. Minuman yang dijual adalah yang dibuat oleh penjual seperti teh manis hingga es cendol dawet.

Sulit sekali menemukan plastik untuk kemasan makanan atau tas belanja di pasar ini. Jajanan dan makanan semua dikemas pakai daun pisang.

Advertisement

Jika ingin membeli makanan untuk dibawa pulang, penjual menyediakan keranjang dari bambu yang bisa dibeli mulai dari 1 benggol. Harga 1 benggol setara Rp5.000.

Baca Juga: Aman dari Tol Solo-Jogja, Jalan Desa di Klaten Dibuatkan Terowongan

Seorang pengunjung menuturkan penjual dilarang menyediakan kemasan plastik bagi pembeli. Apabila ketahuan, penjual akan didenda. Inilah menjadi alasan kenapa sulit menemukan plastik di kawasan ini.

Advertisement

Di pasar ini, transaksi pembeli dan penjual menggunakan benggol Untuk mendapatkan benggol, pengunjung bisa menukarkan uang rupiah di kasir sebelum pintu masuk stan. Apabila menukarkan Rp10.000, pengunjung akan mendapatkan 2 benggol dari kayu. Benggol ini berstempel Kelompok Wisata Dangean.

Pada Minggu (7/11/2021) ini, menjadi hari perdana Pasar Ngatpaingan kembali dibuka sejak pandemi terjadi di Indonesia 2 Maret 2020. Di dalamnya ada ada sekitar 30 penjual menjajakan aneka kuliner khas Desa Gedangan atau Boyolali pada umumnya.

Baca Juga: Sudah Tak Televan, 5 Perda di Wonogiri Dicabut

Setiap pedagang menghuni lapak dari bambu lengkap dengan meja dan beratapkan anyaman daun kelapa yang mengering. Di bagian depan lapak ini ada hiasan dari tampah bertuliskan nomor lapak dan nama penjualnya. Di tiang lainnya, ada tampah serupa berisikan aneka menu yang dijajakan penjual.

Advertisement

Solopos.com menukarkan uang Rp30.000 dengan 6 benggol. Benggol ini habis untuk membeli dua porsi satai lontong dengan 3 tusuk satai dua bungkus, 2 es cendol dawet, 1 porsi gatot, dan 1 porsi kacang rebus. Kacang rebus dibungkus menggunakan anyaman dari bambu yang praktis dibawa ke mana-mana.

Pada kesempatan itu, makanan dan jajanan ini bisa dinikmati sembari melihat pertunjukan reog. Sebelumnya, ibu-ibu berpakaian kaus merah jambu menggelar senam aerobik di halaman pasar.

Baca Juga: Partisipasi Siswa SD di Wonogiri Ikuti PTM 96%

Soal sampah, penyelenggara menyiapkan banyak tempat sampah dari keranjang bambu. Pengunjung umumnya membuang sampah di tempat ini. Hasilnya, tak terlihat sampah berserakan di Pasar Ngatpaingan ini.

Advertisement

Salah satu penjual di Pasar Ngatpaingan, Marni, menuturkan berjualan di pasar itu sangat menyenangkan. Ia buka mulai pukul 6.00 WIB hingga 12.00 WIB mampu menjual 50 porsi nasi soto. Harga satu porsinya 1 benggol. Pendapatan itu belum termasuk minum dan aneka jajanan lainnya.

“Di sini asyik, ramai meski hanya buka setiap selapan hari. Ini mulai jualan lagi sejak tahun lalu. Harapannya sih pengin bisa jualan tiap hari di sini,” ujar perempuan warga Dangean ini.

Baca Juga: Klaten Bangun Pusat Kuliner Baru Senilai Rp3 Miliar di Desa Semangkak

 

Advertisement

Pacu Perekonomian

Pembukaan Pasar Ngatpaingan terinsipirasi dari pasar serupa yang dibuka di Jogja. Pasar ini kali pertama dibuka pada awal 2019 dengan jumlah 3-5 stan. Kemudian, pada putaran ke-4, Pasar Ngatpaingan bisa menghadirkan 15 stan.

Lalu, pada putaran ke-13, pasar ini bisa menghadirkan 30 stan. Jumlah pengunjungnya mencapai 2.500 orang. Omzet pasar ini mencapai Rp27,5 juta untuk pasar yang beroperasi hingga pukul 12.00 WIB ini.

“Proses menyadarkan masyarakat ini enggak mudah. Saya sosialisasi lewat ibu-ibu, kalau bapak-bapak lewat Yasinan. Akhirnya satu RT semua sadar akan wisata. Sebelum ada pasar ini mayoritas di sini petani dan peternak,” kata penggagas Pasar Ngatpaingan, Suparno, saat ditemui wartawan di Dukuh Dangean, Desa Gedangan, Cepogo, Boyolali, Minggu (7/11/2021).

Baca Juga: 200-an Makam di Taskombang Klaten Tergusur Tol Solo-Jogja

Ia berharap Pasar Ngatpaingan bisa memacu perekonomian lokal Dangean dan Desa Gedangan. Keberadaan pasar ini juga bisa mengenalkan kampung Dangean secara lebih luas. Selain menikmati jajanan, pengunjung juga disuguhi hiburan berupa reog dan pentas budaya lainnya seperti sadranan dan kenduri palawija.

Seorang pengunjung Pasar Ngatpaingan, Muh. Edi Purnawan mengaku sudah kali ketiga datang ke pasar ini beserta istri dan keluarganya. Ia menyukai suasana perdesaan yang ditawarkan di kawasan ini. Selain itu, pakaian para pengelola, sistem pembayaran, dan model lapaknya juga unik.

Advertisement

“Lumayan untuk piknik tipis-tipis. Kalau wisata di tempat lain kan monoton ya. Beda dengan di sini,” kata pria asal Winong, Boyolali ini.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif