Soloraya
Jumat, 16 Juni 2023 - 21:50 WIB

Tak Hanya saat Yaa Qawiyyu, Apam Jatinom Klaten Kini Bisa Dinikmati Saban Hari

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pedagang menyiapkan sajian apam di tepi jalan raya Jatinom-Boyolali, Kelurahan/Kecamatan Jatinom, Klaten, Kamis (15/6/2023) siang. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kue apam yang merupakan makanan wajib saat tradisi Yaa Qawiyyu kini tak hanya bisa dinikmati saat ada acara tahunan pada Bulan Safar di Jatinom, Klaten, itu. Apam Yaa Qawiyyu kini bisa dinikmati tiap hari.

Tradisi turun temurun lebih dari empat abad itu tak bisa dilepaskan dari sosok Kyahi Ageng Gribig dan sudah identik dengan sebaran apam, kue tradisional yang terbuat dari tepung dan tepung beras.

Advertisement

Kini, kue tersebut tak hanya bisa dinikmati saat saban perayaan tradisi Yaa Qowiyyu. Saban hari, ada warga yang berjualan apam di wilayah Jatinom. Seperti yang terlihat di sepanjang ruas jalan raya Jatinom-Boyolali, Kelurahan/Kecamatan Jatinom.

Salah satu pedagang tersebut, Sri Ngatini, 53, mengaku sudah berjualan apam di tepi jalan raya Jatinom-Boyolali, Kampung Tangkilan, Kelurahan Jatinom, Klaten, sejak dua tahun lalu. Sebelumnya, dia hanya berjualan saat momen tradisi Yaa Qawiyyu digelar.

Setahun terakhir, dia mulai berjualan saban hari di tepi jalan raya. Apam yang dijual Sri terdiri dari tiga varian rasa yakni orisinal, nangka, dan cokelat. Apam yang dijual disajikan dalam kondisi hangat.

Advertisement
Apam biasanya hanya ada saat tradisi Yaa Qowiyyu kini bisa dijumpai setiap hari di Jatinom, Klaten. Foto diambil Kamis (15/6/2023). (Solopos/Taufi q Sidik Prakoso)

Tempat jualannya sekaligus menjadi dapur untuk membikin apam. Sri dibantu kedua putrinya. “Kalau setiap hari rata-rata habis 5 kg adonan. Kalau Sabtu-Minggu bisa 7 kg,” kata Sri saat ditemui di lapaknya, Kamis (15/6/2023) siang.

Satu biji apam dijual Rp1.500. Sementara satu wadah mika berisi 10 apam dijual Rp15.000. Para pembeli rata-rata pengendara yang melintasi di ruas jalan yang ramai tersebut. “Pembeli ada yang dari Jogja, Semarang, dan Wonogiri. Paling banyak diminati varian rasa orisinal,” kata Sri.

Sri mengatakan apam Jatinom, Klaten, terbuat dari campuran tepung terigu, tepung beras, santan, telur, serta santan. Tekstur apam di Jatinom lebih empuk dibandingkan apam pada umumnya.

Advertisement

“Kalau di sepanjang jalan ini ada sekitar delapan orang yang berjualan. Harapannya apam dari Jatinom semakin berkembang dan dikenal,” kata Sri.

Salah satu pembeli, Anastasya, 28, mengaku kerap membeli apam di tepi jalan raya Jatinom-Boyolali. Selain dinikmati sendiri, apam kerap dia gunakan sebagai buah tangan bagi teman-temannya yang dari luar kota mampir ke Klaten.

“Rasanya pas dan ada beberapa pilihan rasa. Apam yang dijual selalu disajikan hangat. Kalau saya paling suka itu rasa nangka. Tidak terlalu manis dan aromanya khas. Soal harga, menurut saya masih ramah di kantong,” ungkap warga Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif