SOLOPOS.COM - Manusia Kutil (SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

Manusia Kutil (SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

Ngatmin, 40, warga Dukuh Purwosari, Desa Sambengan, Kecamatan Ampel hanya bisa pasrah. Lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani ini harus hidup dengan kutil di seluruh tubuhnya. Sudah sejak 25 tahun lalu tubuhnya dipenuhi kutil.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ia sendiri tidak tahu apa penyebab kutil itu terus tumbuh. Awalnya ia merasa tubuhnya gatal-gatal. Lantas mulai tumbuh kutil. Lambat laun kutil itu bertambah hingga memenuhi sekujur tubuhnya.

“Saya tidak tahu sakit apa. Dulu gatal-gatal lalu kutil mulai bermunculan,” katanya saat ditemui wartawan, Senin (6/6/2011). Ngatmin pun pernah memeriksakannya ke Puskesmas.
Pihak Puskesmas hanya memberinya sejumlah obat dan dideteksi sakit kulit.
Ketiadaan biaya membuat bapak tiga anak ini tak mampu mengobati penyakitnya lebih lanjut.
Kutil-kutil itu perlahan tumbuh dan membesar. Benjolan itu memenuhi bagian punggung, perut bahkan pada wajahnya. Meski tidak sampai mengganggu penglihatannya kutil di beberapa bagian semakin membesar.

“Terkadang rasanya panas, gatal dan timbul keringat. Pada awalnya muncul kutil ini di bagian lengan,” imbuhnya.

Suatu kali ia pernah memeriksakannya ke rumah sakit. Oleh dokter ia dideteksi menderita TBC kulit. Lagi-lagi karena ketidakadaan biaya membuat kepala rumah tangga ini tidak bisa melanjutkan pemeriksaan lebih lanjut.

Untunglah pihak keluarga selalu mendampinginya. Baik sang istri maupun anak-anaknya tidak merasa jijik dengan kondisinya. Namun, justru ia sendiri yang seringkali malu pada keadaannya.

Setiap harinya, Ngatmin yang sehari-hari bekerja serabutan ini berpenghasilan Rp 20.000. Uang yang diperolehnya itu pun untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Baginya hal yang mustahil untuk berobat lebih lanjut agar kutil-kutil di tubuhnya itu hilang.

“Keinginannya tentu sembuh. Namun, kami tidak punya uang untuk berobat. Kami jalani saja yang sudah ada. Saya tetap bekerja untuk keluarga,” terangnya.

Hanya saja Ngatmin begitu khawatir karena anaknya yang nomor satu mengindikasikan gejala yang sama dengan dirinya. Ia berharap segera mendapatkan bantuan agar penyakitnya segera tertangani.

(Farida Trisnaningtyas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya