SOLOPOS.COM - Salah satu peternak ayam dari Gedong, Karanganyar, Krismarsudi, 31, sedang memberi makan ayam-ayam yang diternaknya Rabu (5/2/2020). (Solopos.com-Candra Mantorvani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Belum selesai penyakit mulut dan kuku (PMK) dan lumpy skin disease (LSD), Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (Dispertan) Karanganyar mulai mewaspadai penyakit flu burung varian baru. Penyakit yang menyerang unggas kali ini dinilai lebih agresif dan mudah menular ke manusia.

Kabid Perternakan Dispertan Karanganyar, Heri Sulistyo, mengatakan penyakit flu burung varian baru ini telah ditemukan di sejumlah daerah di Indonesia. Penyebaran flu burung tersebut patut diwaspadai  peternak unggas di Karanganyar.  Pasalnya, populasi unggas di Bumi Intanpari, sebutan Karanganyar, ada lebih dari 8 juta ekor.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Wabah flu burung menjadi kewaspadaan bersama. Meski di Karanganyar sendiri belum ada laporan adanya kasus flu burung,” kata dia kepada Solopos.com, Kamis (23/3/2023).

Berbagai langkah preventif terus dilakukan Dispertan terkait pencegahan penyakit flu burung tersebut. Petugas penyuluh sudah diminta untuk mengantisipasi apabila ada temuan gejala flu burung varian baru. Banyaknya populasi unggas membuat Karanganyar rentan jadi sasaran flu burung.

“Populasi ternak unggas di sini ada 8 juta, baik ayam ras petelur dan pedaging. Paling banyak ternak unggas ada di wilayah 4J, Jumantono, Jatipuro, Jatiyoso dan Jumapolo,” kata Heri.

Menurut dia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan peternak di tengah kewaspadaan penyebaran flu burung. Di antaranya adalah perawatan kandang yang harus rutin dilakukan. Selain itu, peternak harus memastikan unggas benar-benar sehat setiap hari.

“Setiap hari peternak harus tahu kondisi setiap ternak. Segera laporkan jika ada kematian ternak unggas ke kami,” katanya.

Terpisah, peternak ayam petelur asal Jumantono, Sriyono, mengaku selalu memberikan pakan bergizi untuk menjaga daya tahan unggas nya dari serangan penyakit termasuk flu burung. Namun yang jadi masalah adalah naiknya harga pakan.

“Kemarin saya ambil pakan dari bakul kecil harganya sudah menyentuh Rp5.500 per kilogram. Kalau harga normal pakan jagung di kisaran harga Rp4.000 hingga Rp4.200 rupiah per kg,” ujarnya.

Harga tersebut mengalami kenaikan secara bertahap sejak 1 bulan terakhir. “Peternak itu harapannya harga pakan tidak rendah banget karena mesake petani, tapi ya jangan tinggi banget. Jadi ya wajar saja, paling enggak ya di bawah Rp5.000/kg,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya