SOLOPOS.COM - Ketua KTNA Sragen, Suratno, Selasa (11/10/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sragen mengadu ke Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo terkait menurunnya produktivitas padi pada musim panen III ini.

KTNA Sragen berharap UNS Solo bisa memberikan masukan, melakukan penelitian, atau pendampingan kepada petani Sragen agar produksi padi bisa kembali normal. Hal ini terungkap saat KTNA Sragen menggelar pertemuan dengan para petani di RM Rosojoyo 2, Nglorog, Sragen, Selasa (11/10/2022).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dari pertemuan itu terungkap pula bila petani tak cukup puas dengan penjelasan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Palur saat pertemuan di Aula Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Sragen pekan lalu.

Ketua KTNA Sragen, Suratno, mengatakan ia sudah mengirim surat perihal permohonan solusi atas kondisi tanah dan tanaman kepada Dekan Fakultas Pertanian UNS Solo. Dalam surat itu, Suratno mengadukan dua permasalahan petani Sragen. Yakni, tanaman normal tetapi produksinya turun 20%-40%  dan tanaman tidak tumbuh normal yang berakibat produksi padi turun 40%-70%.

“Dua problem petani itu sampai sekarang belum menemukan solusi yang tepat. Kami menduga-duga apakah produksi padi yang turun itu karena pemupukan yang tidak berimbang, mengingat pupuk bersubsidi tinggal urea dan NPK. Begitu pula dengan kandungannya yang kini berkurang,” ujar Suratno.

Baca Juga: Tanaman Roboh Diterjang Angin Kencang, Petani Jagung di Sragen Berharap Bantuan

Dia menerangkan kandungan nitrogen (N) pada pupuk NPK bersubsidi sekarang masih sama, tetapi kndungan phosfor (P) turun dari 15% menjdi 10%. Begitu pula kandungan kalium yang turun dari 15% menjadi 12%.

Selain dua persoalan pupuk itu, Suratno mempertanyakan kemungkinan pola pemupukan yang kurang tepat jadi penyebab. Begitu pula dalam pemilihan bibit tanaman padi yang berlabel dan tak berlabel.

“Apa penggunaan pestisida/herbisida juga berpengaruh pada produksi padi? Atau pengolahan tanah yang kurang tepat, misalnya pembajakan dulu, kemudian digaru baru ditanami. Tetapi petani langsung digaru supaya hemat waktu dan tenaga. Apa mungkin karena PH tanah yang rendah di bawah 6%,” sambungnya.

Baca Juga: Produktivitas Padi Turun, KTNA Sragen Undang Lab PHP Surakarta Beri Penyuluhan

Para petani di Tunggul, Kecamatan Gondang, tengah mendata luas tanaman padi yang menurun produktivitasnya. Suratno mendapat informasi kasus serupa terjadi di Kecamatan Karangmalang. “Kemarin ada yang laporan satu patok tanaman padi hanya dapat enam sak gabah. Bahkan di Karangmalang satu patok hanta dapat empat sak,” katanya.

Suratno juga mengadukan masalah itu kepada anggota DPR Luluk Nur Hamidah melalui stafnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya