Soloraya
Kamis, 29 Juni 2023 - 16:02 WIB

Tak Sekadar Direbutkan, Gunungan Grebeg Keraton Solo Simbol Keseimbangan Hidup

R Bony Eko Wicaksono  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga berebut gunungan Grebeg Besar seusai diarak dari Keraton Solo dan didoakan di Masjid Agung, Kamis (29/6/2023). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SOLO — Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Kota Solo kembali menggelar tradisi Hajad Dalem Grebeg Besar untuk memeriahkan Iduladha 2023, Kamis (29/6/2023). Dua gunungan yang diarak tak sekadar untuk diperebutkan.

Ada filosofi dari dua gunung itu yang merupakan simbol keseimbangan hidup dan wujud syukur terhadap Allah SWT. Setelah vakum selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, Grebeg Besar kali pertama digelar pada 2022.

Advertisement

Kala itu, warga sangat antusias menyambut tradisi tahunan tersebut. Kini, Grebeg Besar kembali digelar saat transisi pandemi ke endemi. Tradisi Grebeg Besar pada Kamis itu lebih khidmat dan menyedot perhatian warga Solo maupun luar Soloraya.

Mereka rela menunggu selama berjam-jam demi memperebutkan gunungan Grebeg Besar Keraton Solo yang berisi sayuran dan makanan olahan.

Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, Kanjeng Pangeran (KP) Dani Nur Adiningrat, mengatakan Grebeg Besar merupakan tradisi setiap tahun. Saat pandemi Covid-19, tradisi itu ditiadakan demi mencegah penularan virus.

Advertisement

“Sekarang Grebeg Besar lebih khidmat dan lebih khusyuk di saat transisi pandemi ke endemi. Jadi, tidak hanya Grebeg Besar melainkan tradisi lain seperti Grebeg Pasa, dan Grebeg Maulud,” kata dia saat ditemui wartawan di Masjid Agung Solo, Kamis (29/6/2023).

Menurut Dani, manusia diharapkan mampu memahami makna dua gunungan Grebeg Besar yang diarak dari Keraton menuju Masjid Agung Solo. Dua gunungan yang diarak para abdi dalem merupakan gunungan jaler atau laki-laki dan estri atau perempuan.

Gunungan itu merupakan simbol keseimbangan hidup manusia dan alam semesta. Agar keseimbangan hidup manusia harmoni harus banyak bersyukur kepada Allah SWT. Wujud rasa bersyukur manusia terhadap Allah SWT baik melalui ucapan maupun perbuatan.

Advertisement

“Jadi pareden atau gunungan merupakan wujud syukur terhadap Allah SWT atas kelimpahan berkahnya. Khususnya Keraton Solo dan bangsa Indonesia pada umumnya,” papar dia.

Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Agung Keraton Solo, Muhtarom, mengatakan Iduladha menjadi momen bagi umat muslim untuk meningkatkan rasa syukur terhadap Allah SWT.

Rasa syukur menjadi kunci kebahagiaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Umat muslim juga harus mempertebal jiwa berbagi terhadap sesama yang membutuhkan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif