SOLOPOS.COM - Warga RW 005, Dukuh/Desa Ngalas, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten, menggelar pentas wayang kardus di desa tersebut, Senin (28/8/2023) malam. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Pentas wayang kulit menjadi agenda rutin warga RW 005, Dukuh/Desa Ngalas, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten, saat merayakan HUT Kemerdekaan RI. Namun, peringatan HUT ke-78 RI tahun ini berbeda.

Warga desa itu tidak mementaskan wayang kulit namun menggantinya dengan pentas wayang kardus. Selain memeriahkan HUT RI, pentas wayang sekaligus sebagai upaya warga melestarikan serta mengenalkan seni dan budaya tradisional kepada generasi muda dan anak-anak.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pentas wayang kardus yang digelar di desa setempat pada Senin (28/8/2023) malam itu dibawakan dalang Kuntet Hariyanto asal Desa Pasung, Kecamatan Wedi, Klaten. Kali ini, Dalang Kuntet membawakan lakon Wirosobo Tanding.

Sesuai namanya, wayang yang dimainkan Kuntet di pentas HUT RI di Desa Ngalas, Klaten Selatan, itu terbuat dari bahan kardus. Kuntet tak membawa penabuh gamelan dalam jumlah banyak.

Hanya terlihat tiga orang yang masing-masing memainkan kendang serta organ. Iringan musik gamelan dihadirkan melalui organ. Selain itu, Kuntet memboyong dua sinden.

Meski terlihat sederhana, penampilan pentas wayang kardus itu tetap meriah. Warga berdatangan menyaksikan kepiawaian Kuntet bersama niyaga dan sinden membawa lakon yang diambil dari cerita ketoprak.

Ketua RW 005, Dukuh/Desa Ngalas, Klaten Selatan, Parman, mengatakan pentas wayang kulit menjadi agenda rutin selain aneka perlombaan yang digelar warga untuk memeriahkan HUT RI.

“Untuk tahun ini kami mengadakan wayang kardus. Ini baru kali pertama. Sementara coba-coba dulu, dan lihat nanti tanggapan masyarakat seperti apa,” kata Parman.

Tarif Lebih Murah

Parman menjelaskan kegiatan tersebut digelar swadaya oleh warga. Selain memeriahkan HUT RI, pentas wayang kardus di Desa Ngalas, Klaten Selatan, tersebut sekaligus untuk melestarikan kebudayaan Jawa serta semakin mengakrabkan warga.

Soal tarif menanggap pentas wayang kardus, Parman mengatakan lebih miring. “Lebih murah. Kalau wayang kulit itu mencapai Rp25 juta sementara wayang kardus Rp3,5 juta,” jelas dia.

Sementara itu, Kuntet mengatakan lakon wayang kardus yang ditampilkan pada pentas di Desa Ngalas, Klaten Selatan, itu yakni Wirosobo Tanding.

“Wirosobo seorang pendekar suling gading. Dia sebelumnya lumpuh kemudian sembuh. Istrinya diculik gerombolan perampok kemudian ditolong Mahesa Jenar. Wirosobo tidak terima dan tanding sama Mahesa Jenar,” kata Kuntet menceritakan alur cerita wayang yang dia pentaskan.

Kuntet menjelaskan wayang yang dia tampilkan terbuat dari bahan kardus bekas. Lakon yang kerap dia tampilkan merupakan lakon yang diambil dari cerita ketoprak. Dia berharap meski murah meriah, penampilan wayang kardus yang dia tampilkan tetap menghibur warga.

Sekretaris Desa (Sekdes) Ngalas, Dono, mengapresiasi pentas wayang kardus yang digelar warga Dukuh Ngalas. “Pemerintah Desa mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada warga Dukuh Ngalas yang pada tahun 2023 ini mengadakan pentas wayang yang berbeda dari biasanya, yaitu wayang kardus,” ungkapnya.

“Pentas wayang kardus ini merupakan wujud kreativitas. Ini layak untuk diapresiasi. Semuanya itu untuk memeriahkan peringatan HUT ke-78 RI,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya