SOLOPOS.COM - Para petani di Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Sragen, berunjuk rasa menuntut perbaikan jalan rusak di wilayah Dukuh Tanggulangin, Kebonromo, Karangmalang, Sragen, Senin (12/6/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Tak lagi sabar dengan jalan rusak yang tak kunjung diperbaiki, seratusan petani Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Sragen, berunjuk rasa, Senin (12/6/2023). Mereka menuntut jalan kabupaten dari Dukuh Tanggulangin, Desa Kebonromo hingga perbatasan dengan Desa Bandung, sepanjang 1,9 km diperbaiki.

Mereka menyebut sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini jalan tersebut belum pernah diperbaiki. Aksi unjuk rasa dilakukan petani dengan membentangkan spanduk dan MMT yang berisi tuntutan pembangunan jalan tersebut. Seperti tertuang dalam spanduk, Petani menyebut perbaikan jalan itu harga mati.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Perwakilan petani juga berorasi tentang kondisi jalan yang tidak bisa dilewati saat musim hujan. Mereka juga membawa pohon pisang yang ditanam di jalan. “Kalau Pemkab mau memahami para petani Kebonromo sebagai penyangga pertanian, mestinya jalan ini menjadi prioritas pembangunan Pemkab Sragen. Dulu pernah disurvei tapi kenapa sampai sekarang tidak jadi dibangun,” kata perwakilan petani Kebonromo, Heru Siswadi, 52, dalam orasinya.

Jalan ini diapit lahan persawahan ratusan hektare. Heru menyindir banyak penghargaan yang diterima Sragen namun apa artinya jika jalan kabupaten masih rusak. Aspirasi agar jalan tersebut diperbaiki, menurutnya sudah disampaikan sejak 2020 lewat anggota DPRD Sragen asal Ngrampal, yakni Tono dari Partai Nasdem.

“Aspirasi sudah disampaikan dan dikawal tetapi sampai sekarang belum ada realisasi. Dampak jalan rusak ini banyak, saat penghujan tidak bisa dilewati. Petani menjadi menderita karena harga gabah juga anjlok karena biaya angkut dari persawahan ke jalan raya tinggi karena akses jalan susah dilalui,” katanya.

Petani asal Tanggulangin, Lasiman Lato, 57, mengatakan jalan rusak juga berpengaruh harga gabah jatuh. Dia mengatakan normalnya harga gabah kering panen (GKP) bisa Rp5.600-Rp5.700 per kg, menjadi tinggal Rp5.200-5.300 per kg. Ini karena terpangkas biaya mengangkut hasil panen ke pinggir jalan raya.

Sementara itu, anggota DPRD Sragen dari Partai Nasdem, Tono, mengatakan dalam sidang paripurna Bupati Sragen sudah menyampaikan jalan itu akan dibangun pada 2023. Namun  sampai sekarang belum ada realisasinya. “Akhirnya petani marah dan meluapkan emosi mereka lewat aksi unjuk rasa di pinggir jalan. Aspirasi mereka selalu disampaikan ke saya dan saya sudah menindaklanjuti untuk menyampaikan lewat laporan reses setiap tahun. Hasilnya apa adanya saya sampaikan ke petani. Dulu pernah disuvei DPU [Dinas Pekerjaan Umum] tetapi tak segera terealisasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya