Soloraya
Rabu, 31 Mei 2023 - 03:38 WIB

Talkshow dengan Bupati Sragen Jadi Ajang Curhat, dari UKM hingga Lahan Sawah

Tri Rahayu  /  Abu Nadzib  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perwakilan buruh, Joko Supriyanto (berdiri), menyampaikan pendapatnya terkait dengan UMK Sragen yang rendah kepada Bupati Sragen dalam Talkshow Nyengkuyung Soloraya #2 di Pendapa Sumonegaran Sragen, Selasa (30/5/2023). (Solopos.com/ Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Talkshow bersama Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati di Pendapa Sumonegaran Rumdin Sragen menjadi ajang untuk ngudarasa atau curhat para stakeholder, Selasa (30/5/2023).

Mereka menyampaikan unek-unek yang sesuai dengan keinginan mereka.

Advertisement

Manager Lazismu Sragen, Ronny Megas Sukarno menjadi yang pertama menyampaikan pendapat.

Dia menilai banyak sawah yang berubah fungsi menjadi perumahan.

Ronny khawatir dalam waktu 20-30 tahun ke depan, sawah-sawah di Sragen menjadi perumahan semua.

Advertisement

Dia juga meminta ada wadah bagi para milenal, terutama mahasiswa dan anak-anak muda agar suka terhadap dunia pertanian.

“Ke depan supaya didorong adanya zakat di sektor pertanian,” ujarnya.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno, menjawab pertanyaan Ronny terkait dengan zakat pertanian sudah berjalan tinggal silakan ada sosialisasi zakat saat ada temu petani.

Advertisement

Selain menanggapi persoalan zakat pertanian, Suratno juga memiliki hal yang ingin disampaikan kepada Bupati Sragen terutama berkaitan dengan produktivitas gabah di Sragen yang turun serta persoalan kualitas dan kuantitas pupuk bersubsidi yang menurun.

“Pada zaman Pak Untung produksi padi di Sragen bisa sampai 10 ton per hektare tetapi sekarang tinggal 6-8 ton per hektare. Kami mencurigai turunnya produksi padi itu disebabkan kondisi tanah yang jenuh. Atas dasar itulah, mulai 9 Juni 2023 mendatang, KTNA bersama Pupuk Indonesia melakukan uji tanah ke seluruh wilayah Kabupaten Sragen,” ujarnya.

Suratno mengatakan pada hilir pertanian itu berkaitan dengan persoalan harga gabah di tingkat petani lebih rendah dibandingkan di tingkat tengkulak.

Dia menginginkan adanya pemutusan mata rantai perdagangan gabah.

Dia berharap Bulog bisa membeli gabah langsung ke petani tetapi kapasitas produksi di Bulog hanya 120 ton per hari sedangkan setiap panen di Sragen bisa sampai 500 ton per hari.

“Untuk memutus mata rantai perdagangan itu diharapkan ada pembangunan rice mill di setiap desa yang dikelola BUMDesa. Petani menjualnya ke BUMDesa kemudian BUMDesa ke Bulog,” pintanya.

Ketua SBSI 1992 Sragen, Joko Supriyanto, menyampaikan pendapatan berkaitan dengan posisi buruh yang diharapkan menjadi aset perusahaan dan pemerintah bukan sebagai buruh.

Dia mengatakan kesejahteraan buruh supaya diperhatikan, terutama dari sektor upah minimum kabupaten (UMK) Sragen yang terendah kedua di Soloraya setelah Wonogiri.

“Di sisi lain masih banyak persoalan buruh yang belum tuntas sampai sekarang,” katanya.

Petani milenial asal Plupuh, Perri Setiawan, menyampaikan petani di Sragen selalu dihadapkan pada peruahan iklim.

Dia mengatakan petani milenial memilih memanfaatkan pekarangan menjadi lahan bertani melon, semangka, anggur, dan seterusnya.

“Pekembangan makin tinggi tetapi akses ke kredit usaha rakyat (KUR) dibatasi hanya sekali. Padahal modal kami hanya dari KUR itu,” katanya.

Sekretaris Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen, Aries Rustioko, menyampaikan terima kasih karena jalan lingkar menara pandang sudah dibangun.

Dia meminta solusi supaya pembayaran objek wisata di Sangiran itu menjadi satu tempat di terminal wisata, yakni satu tiket untuk bisa naik suttle keliling dan masuk ke klaster museum Sangiran.

“Selama ini pisah-pisah sehingga kesannya mahal,” ujarnya.

Petani anggur asal Jambanan, Sidoharjo, Sragen, Sigit Hariyanto, mengusulkan supaya ada fasilitas untuk agrowisata petik anggur.

Direktur BUMDesa Sumber Rejeki Desa Jatibatur, Gemolong, Sragen, Sugiman Totok, meminta adanya fasilitas pelatihan bagi warga supaya memiliki kesadaran mendukung pariwisata, yakni sadar wisata.

Sementara itu, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati meminta jangan khawatir dengan adanya alih fungsi sawah menjadi perumahan karena semua itu sudah masuk di zona kuning.

Dia mengatakan kawasan sawah lestari sudah dilindungi dengan lahan sawah dilindungi (LSD). Untuk usulan zakan pertanian, ujar dia, bisa diinisiasi.

Yuni, sapaan Bupati, mendukung langkah KTNA yang akan melakukan uji tanah.

Dia meminta hasil uji tanah itu setelah selesai. Bila mau mengadakan KTNA ekspo, Yuni bilang jangan sungkan-sungkan minta bantuan ke Pemkab Sragen.

Bagi buruh, Yuni mengatakan Sragen menjadi daya tarik investasi itu karena UMK masih terjangkau.

Persoalan UMK itu, ujar dia, ditetapkan lewat tripatit, bahkan UMK di Sragen masih menghitung angka di balakang koma.

Terkait dengan adanya keluhan buruh, Yuni mengatakan peran pemerintah mengakomodasi keluhan buruh dan menjadi penengah bagi pengusaha dan buruh.

Bagi petani milenial yang susah akses KUR, Yuni menawarkan adanya KUR daerah yang difasilitasi pemerintah kabupaten dengan bungan di bawah bunga bank umum.

Dia mempersilakan untuk mangakses di Bank Djoko Tingkir dan Bank Syariah Sragen.

“Kemudian terkait dengan Sangiran, tiket kenapa sendiri-sendiri karena hasilnya bereda. Untuk yang dikelola BUMDesa masuk ke BUMDesa. Yang dikelola museum nanti hasilnya harus dibagi hasil antara pusat dan daerah. Untuk penggabungan pembayaran nanti kami kaji dulu,” katanya.

Dia menambahkan soal petik anggur silakan dikembangkan di Jambanan dan diharapkan menjadi ciri khas Jambanan.

Untuk Desa Jatibatur, Yuni sudah meminta dinas untuk mengeksplorasi potensi desa, salah satunya di Kun Gerit Jatibatur.

Dengan kehadiran ASN, kata dia, ada kesadaran warga untuk sadar wisata.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif