Soloraya
Senin, 22 Mei 2023 - 11:30 WIB

Talut Kaki Jembatan Penghubung Jateng-Jatim di Sragen Ambrol, Jalur Ditutup

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi talut dan kaki Jembatan Winong ambrol karena tergerus air Sungai Sawur, Senin (22/5/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Jembatan Winong yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, tepatnya di Dukuh Winong, Desa Tunggul, Kecamatan Gondang, Sragen, terancam ambrol lantaran kaki jembatan sisi barat tergerus arus air Sungai Sawur dan membentuk gerowongan. Mengantisipasi jatuhnya korban jika ambrol, jembatan tersebut sejak Kamis (18/5/2023) ditutup untuk kendaraan roda empat.

Pekerja mulai membuat talut untuk memperkuat kaki jembatan dan membuat bendungan sementara untuk menahan arus.
Tak sedikit mobil pribadi yang kecele dan putar balik karena rambu-rambu penanda penutupan jembatan itu tidak lengkap. Rambu penutupan jalan hanya dijumpai di wilayah Dukuh Tawang, Desa Tunggul, dan di lokasi jembatan yang ditutup.

Advertisement

Jembatan itu  menjadi akses lalu lintas warga ke Kecamatan Sine dan Kecamatan  Ngrambe, Ngawi hingga Magetan, Jawa Timur. Jembatan itu juga jadi akses distribusi telur dan sayuran dari Magetan yang dijual ke Sragen. Warga Winong yang hendak ke Desa Tanggung, Sine, Ngawi, bisa melewati Jembatan Winong menggunakan motor atau kendaraan roda dua.

“Jembatan itu gerowongnya sebenarnya sudah cukup lama, tetapi mulai ditutup baru Kamis pekan lalu. Kalau tidak ditutup ternyata kaki jembatan bergetar saat ada truk lewat. Daripada berisiko jembatan putus maka ditutup sementara,” ujar Teguh Widodo, 39, watga Winong RT 023, Desa Tunggul, Gondang, Sragen, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (22/5/2023).

Teguh menerangkan saat ini kendaraan roda empat untuk ke Sine atau Ngrambe harus memutar lewat Jambeyan, Sambirejo sepanjang 5 km. Kalau tidak lewat Jambeyan bisa lewat Gondang, yakni via Grasak ke arah Tempursari, Mantingan, Ngawi.

Advertisement

Menurut Teguh, Jembatan Winong dibangun pada 1980-1981 dengan panjang 20 meter dan lebar 5 meter. Sudah lama pondasi bawah jembatan mulai ambrol tergerus arus sungai.

Suparno, 65, warga Dukuh Tawang, RT 021, Desa Tunggul, Gondang, Sragen, justru mengkhawatirkn bangunan bendung Winong yang ambrol. Ia mengatakan kalau Bendung Winong ambrol petani dia dan petani lain di Desa Tunggul, Desa Glonggong, dan Desa Gondang bisa menderita karena sumber pengairan sawah mereka dari bendung itu.

“Kami berharap justri di bagian bawah bendung itu sekitar 200 meter dibuatkan bendung penahan lagi sehingga air bisa ditahan bukan seperti sekarang limpasan air langsung terbuang. Akibatnya arus besar dan mengikis fondasi talut dan fondasi jembatan,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif