SOLOPOS.COM - Dua harimau sumatra koleksi TSTJ Solo berkeliaran di kandang terbuka saat diperiksa tim BKSDA Jawa Tengah, Jumat (2/1/2015). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Taman satwa taru Jurug dinilai tak layak untuk dihuni satwa.

Solopos.com, SOLO–Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), Tony Sumampau, menilai kondisi satwa dan kandang di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) memprihatinkan. Sejumlah kandang tidak ideal dan satwa tidak memiliki teman di dalam kandang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pernyataan tersebut disampaikan Tony saat melakukan survei kondisi TSTJ bersama South East Asia Zoo Association (SEAZA), Senin (14/12/2015). Tony beserta perwakilan dari SEAZA melakukan survei dengan melihat kondisi satwa dan kandang di taman kebun binatang milik Pemkot Solo tersebut.

Tony mengatakan masih banyak kandang yang tidak sesuai standar, berkarat, dan sudah rusak. Padahal, kandang merupakan fasilitas penting yang dibutuhkan untuk satwa. Dia mencontohkan untuk kandang harimau, harusnya berukuran sekitar 4 meter X 3 meter. Namun, di TSTJ ukuran kandang harimau masih di bawah standar.

“Itu hanya untuk kandang tidurnya hewan ya. Untuk harimau juga harus ada kandang untuk beraktivitas dengan luas standar 500 meter persegi. Tetapi di TSTJ juga belum ada,” terang dia.

Selain kandang, kata Tony, kondisi satwa di TSTJ juga cukup mengkhawatirkan. Sejumlah satwa tidak memiliki teman atau pasangan di dalam kandang. Padahal, fungsi teman atau pasangan itu sangat penting bagi satwa.

Menurut dia, pasangan untuk satwa sangat penting supaya terjadi reproduksi. Tidak adanya pasangan atau teman itu bisa membuat satwa stres.

“Bayangkan, kalau satwa hanya sendiri di kandang dan tidak ada temannya, tentu akan tertekan dan stres. Selain itu, satwa juga tidak bisa bereproduksi,” ujar salah satu direksi Taman Safari Indonesia itu.

Menurut dia, ada empat indikator satwa bisa dikatakan sejahtera atau tidak. Yakni, pakan untuk satwa harus cukup dan bergizi, ketersediaan air harus terjaga dan bersih, kandang harus bisa melindungi satwa dari hujan, panas, angin, dan lainnya, serta yang keempat kondisi kandang tidak membahayakan satwa.

“Juga harus dilihat bagaimana kondisi kandang supaya tidak mudah menularkan penyakit antarsatwa,” imbuhnya.

Lebih lanjut, mengenai kondisi TSTJ tersebut, PKBSI telah melaporkan ke Presiden Joko Widodo. Direncanakan, pada tahun depan Presiden akan melakukan revitalisasi TSTJ dan kebun binatang Bukittinggi, Sumatra Barat.

Ini untuk memperbaiki fasilitas dan sarana prasarana di dua lembaga konservasi tersebut.

Di Indonesia, kata Tony, ada sebanyak 13 kebun binatang yang dikelola pemerintah daerah. Tetapi, rata-rata kondisi kebun binatang tersebut mengkhawatirkan. Untuk itu, dua kebun binatang di Solo dan Bukittinggi itu akan menjadi pilot project revitalisasi lembaga konservasi.

“Kami sudah melaporkan kondisi kebun binatang di Indonesia kepada Presiden. Dan Presiden bersedia untuk merevitalisasi kebun binatang yang rusak. Selain revitalisasi fasilitas dan sarpras itu, kami juga akan membantu pengembangan sumber daya manusia (SDM) di dua lembaga konservasi itu,” jelas dia.

Direktur Utama (Dirut) TSTJ, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, mengatakan selama ini pengelola belum mampu untuk merevitalisasi TSTJ karena masalah keterbatasan anggaran. Dengan adanya rencana bantuan revitalisasi dari Presiden tentu menjadi angin segar bagi pengelola.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya