Soloraya
Sabtu, 28 Desember 2019 - 23:30 WIB

Taman Satwa Wisata WGM Wonogiri Butuh Dokter Hewan

Cahyadi Kurniawan  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pawang memberi pakan rumput kolonjono kepada dua ekor gajah di Taman Satwa Wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri, Sendang, Wonogiri, Jumat (27/12/2019). (Solopos/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, WONOGIRI -- Taman Satwa Wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri sudah setahun terakhir tak memiliki dokter hewan. Tenaga dokter hewan selama ini dibantu dari Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri.

Tadinya taman satwa itu memiliki dua dokter hewan. Dokter hewan pertama meninggal dunia seusai terlibat insiden dengan seekor gajah pada 2016 lalu. Sedangkan dokter hewan yang lain pindah tugas ke Jakarta.

Advertisement

“Dokter hewan yang terakhir itu bukan PNS melainkan tenaga kontrak. Jadi kami kini tidak memiliki dokter hewan,” kata Kepala UPTD Wisata WGM Wonogiri, Pardiyanto, saat ditemui wartawan di kantornya, Jumat (27/12/2019).

Kekosongan tenaga dokter hewan itu diisi dengan bantuan dokter hewan dari Dislapernak Wonogiri. Dokter hewan itu akan mendatangi taman satwa WGM jika diperlukan untuk memeriksa satwa yang sakit maupun butuh penanganan khusus lainnya.

Advertisement

Kekosongan tenaga dokter hewan itu diisi dengan bantuan dokter hewan dari Dislapernak Wonogiri. Dokter hewan itu akan mendatangi taman satwa WGM jika diperlukan untuk memeriksa satwa yang sakit maupun butuh penanganan khusus lainnya.

Liburan di Mal Bareng Jan Ethes, Jokowi Beli Kartu Bermain Rp660.000

Kendati tak setiap hari ke taman satwa, Pardiyanto memastikan seluruh satwa dalam keadaan sehat. “Kalau ada gejala langsung telepon dokter hewan dari Dislapernak. Kalau perawatan dan pakan satwa sudah ada pawang sendiri. Selama ini semua satwa dalam kondisi sehat,” ujar dia.

Advertisement

Orang utan terakhir berjenis kelamin betina didatangkan dari Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) pada pertengahan Desember lalu. Nama orang utan itu Yeti dan usianya 23 tahun.

“Sebetulnya ada sejumlah penawaran dari berbagai pihak yang ingin menitipkan atau menghibahkan satwa kepada kami. Namun tak bisa kami penuhi lantaran keterbatasan tempat. Semua kandang kami sudah penuh,” tutur dia.

Bela Asal Ngawi Bukan PL Tapi Pedagang Online, Ini Kronologi Pembunuhannya

Advertisement

Untuk perawatannya, Pardiyanto melanjutkan dalam setahun pengelola mengalokasikan dana Rp200 juta untuk pengadaan obat-obatan, pakan dan pemeliharaan tanaman. Pada musim kemarau lalu, sempat terjadi kelangkaan pakan jenis rumput kolonjono untuk gajah.

Pengelola terpaksa mendatangkan rumput itu dari Bekonang. Di sisi lain, pengelola juga membudidayakan rumput kolonjono dengan memanfaatkan sudut-sudut objek wisata WGM yang berdekatan dengan air waduk.

“Rumput sepanjang bisa dipenuhi dari sini masih bisa. Kami juga menanam sendiri di beberapa lokasi untuk suplai Kolonjono sehingga bisa menekan biaya pakan,” terang Pardiyanto.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif