SOLOPOS.COM - Kegiatan apel siaga kebencanaan di Lapangan Ringinlarik, Musuk, Boyolali, Rabu (23/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Kekeringan dan krisis air bersih akibat kemarau dan fenomena El Nino di Boyolali meluas jadi lima kecamatan menjelang akhir Agustus 2023 ini. Sebelumnya, pada awal Agustus 2023, baru ada empat kecamatan yang kekeringan hingga mengajukan permintaan bantuan air bersih.

Menjelang akhir Agustus ini, tercatat permintaan air ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali bertambah dari Kecamatan Juwangi. Kepala BPBD Boyolali, Suratno, mengatakan ada enam kecamatan yang masuk peta rawan bencana kekeringan di Boyolali.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Dari jumlah itu, sejauh ini sudah lima kecamatan yang telah mengajukan permintaan bantuan air bersih. Kelima kecamatan tersebut yaitu Wonosegoro, Wonosamodro, Kemusu, Tamansari, dan Juwangi.

“Kalau Kecamatan Musuk sampai saat ini alhamdulillah, dengan perkembangan pembangunan sumur yang ada, sampai saat ini belum ada permohonan [bantuan air],” kata dia saat ditemui wartawan seusai Apel Siaga Bencana di Lapangan Ringinlarik, Musuk, Boyolali, Rabu (23/8/2023).

Apel Siaga Bencana tersebut dihadiri Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Boyolali, Satpol PP, BPBD, sukarelawan, serta masyarakat setempat. Lebih lanjut, Suratno menyatakan terdapat enam kecamatan yang masuk dalam peta rawan kekeringan di Boyolali.

Namun, ia mengatakan kebencanaan tidak tertutup hanya di enam kecamatan tersebut. “Artinya kesiapsiagaan BPBD di dalam konteks siaga bencana kekeringan sebagai dampak El Nino ini akan kami ikuti sesuai dengan perkembangan,” kata dia.

“Sehingga kalau anggaran yang awalnya Rp105 juta ini, tentu kami akan melihat perkembangan dampak El Nino ini sampai kapan dan kami akan berkoordinasi bagaimana penyikapannya,” imbuhnya.

Suratno mengungkapkan diperlukan peran serta pemangku kepentingan lain seperti PMI, corporate social responsibility (CSR) perusahaan, dan organisasi masyarakat untuk menangani dampak kekeringan bagi masyarakat.

Menurutnya, peran serta organisasi masyarakat dan perusahaan sangat besar dalam menanggulangi kekeringan di Boyolali.

“Tinggal bagaimana kami mengoordinasikan agar kepedulian dari dunia usaha dan masyarakat atau organisasi kemasyarakatan ini dapat tersalurkan secara tepat sasaran dan adil bagi warga masyarakat di wilayah terdampak [kekeringan],” kata dia.

Desa Penerima Bantuan Air Terbanyak

Lebih lanjut, ia menjelaskan dalam sehari BPBD Boyolali rata-rata mengirimkan enam tangki sehingga sepekan bisa 40-an tangki.

Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Boyolali, Rima Kusuma, menyampaikan Apel Siaga Bencana tersebut disertai pula dengan pemberian bantuan lima tangki air bersih dengan perincian dua tangki dikirim ke Dragan dan tiga tangki ke Lampar, Tamansari, Boyolali.

Rima menyebutkan berdasarkan data BPBD Boyolali dari Juli hingga Selasa (22/8/2023), ada 10 desa yang mendapat bantuan air bersih dengan jumlah terbanyak Desa Kedungrejo, Kemusu. Berikut perinciannya:

1. Desa Kedungrejo, Kemusu: 22 tangki atau 122.000 liter
2. Desa Guwo, Wonosegoro: 17 tangki atau 84.000 liter.
3. Desa Jemowo, Tamansari: 14 tangki atau 78.000 liter
4. Desa Repaking, Wonosamodro: 13 tangki atau 68.000 liter
5. Desa Lampar, Tamansari: 12 tangki atau 64.000 liter
6. Desa Bengle, Wonosamodro: 10 tangki atau 55.000 liter
7. Desa Sangup, Tamansari: 6 tangki atau 32.000 liter
8. Desa Bercak, Wonosamodro: 4 tangki atau 23.000 liter
9. Gunungsari, Wonosamodro: 4 tangki atay 22.000 liter
10. Kelurahan Sambeng, Juwangi: 4 tangki atau 20.000 liter

Sedangkan desa yang lain totalnya tujuh tangki dengan total 41.000 liter. Total ada 113 tangki telah disalurkan untuk bantuan air bersih atau sekitar 609.000 liter. “Top enam kecamatan terbanyak distribusi air bersih pertama ada Tamansari itu 36 tangki dengan 197.000 liter,” kata Rima.

Kedua, Wonosamodro dengan 34 tangki atau 186.000 liter. Ketiga Kemusu, dengan 22 tangki atau 122.000 liter, keempat, Wonosegoro dengan 17 tangki atau 84.000 liter, kelima, Juwangi dengan 4 tangki atau 20.000 liter, dan Musuk nol.

Sementara itu, Bupati Boyolali, M Said Hidayat, mengungkapkan kegiatan penanggulangan kebencanaan , termasuk kekeringan, harus dilakukan secara gotong royong.

Karenanya kegiatan apel siaga kebencanaan tersebut dihadiri lintas sektor mulai dari TNI, Polri, BPBD, Satpol PP, dan lain-lain untuk memperkuat persatuan.

“Pendistribusian air terus berjalan, dan kemarin sudah saya minta Pak Sekda, Pak Kepala BPBD, kemudian Dinas Pertanian dan yang berkaitan agar memetakan secara baik atas dampak kemarau atau kekeringan ini,” kata dia.

Said mengatakan pendistribusian air bersih ini tidak hanya menyasar kepada penduduk. Namun, juga akan memperhatikan sisi pertanian dan peternakan.

“Baru saya minta untuk dipetakan, didata secara langsung dari Dinas Pertanian agar nantinya dilaporkan secara riil dan detail atas dampak terhadap pertanian dan peternakan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya