SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WONOGIRI–Hingga Minggu (23/10/2022), sebanyak 14 makam di Dusun Ngambiawar, Desa Banyakprodo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, dipindah.

Langkah itu harus dilakukan lantaran tanah di 14 makam tersebut kian tergerus air di aliran Sungai Wiroko. Masalah sedimentasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wonogiri kembali jadi sorotan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pemindahan tak langsung dilakukan pada 14 makam. Mulanya, 10 Oktober 2022, terdapat dua makam yang dipindah. Beberapa hari berselang, tiga makam lainnya ikut dipindah. Pada 20 Oktober 2022, terhitung sebanyak 10 makam yang sudah dipindah menjauh dari bibir sungai.

“Sabtu-Minggu [22-23/10/2022] kemarin, ada tambahan empat makam yang dipindah. Totalnya sekarang sudah ada 14 makam. Pemindahannya dibiayai oleh ahli waris, mungkin nilainya Rp2 juta-3 juta,” kata Kepala Desa Banyakprodo, Pujiyono, kepada Solopos.com, Senin (24/10/2022).

Jika tak dipindah, kata Puji, 14 makam tersebut bakal hanyut terbawa aliran sungai. Ia menerangkan, sebelumnya makam yang letaknya di bantaran Sungai Wiroko itu relatif aman. Jarak antara makam dan bibir sungai lebih dari 50 meter.

Baca Juga: Tanggal Penertiban Bong Mojo Solo Belum Ditentukan, Warga Dilarang Membangun

Sebagai informasi, kompleks permakaman di dusun tersebut luasnya sekitar 1.000 meter persegi. Ia menaksir total sebanyak 200 makam yang menempati kompleks permakaman itu. Adapun usia dari makam yang dipindah mulai dari satu hingga lima tahun.

Puji menerangkan, pemindahan 14 makam terjadi karena sudah tak ada lagi jarak antara makam dan bibir sungai. Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi beberapa waktu terakhir memicu luapan DAS Sungai Wiroko yang sudah sejak lama bermasalah pada banyaknya sedimentasi.

“Sedimentasi yang semakin banyak membuat sungai menjadi dangkal. Sehingga luas sungai semakin melebar. Karena itu, aliran sungai terus menggerus tanah-tanah di sampingnya. Pas luapannya sudah surut, aliran air berpindah ke sisi lain, dekat dengan tanah makam,” terangnya.

Atas kekhawatiran bahwa makam lainnya ikut terdampak, Puji mengaku telah menyurati Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) selaku pihak pengelola Sungai Wiroko.

“Beberapa hari lalu petugas dari BBWSBS sudah menyurvei ke lokasi untuk melihat secara langsung dan mencari upaya yang bisa dilakukan,” imbuhnya.

Baca Juga: Bersih dari Sedimentasi, Kali Ngece Diharapkan Tidak Banjir

Hasilnya, BBWSBS sementara bakal mengalihkan aliran sungai untuk sementara. Setelah dialihkan, kata Puji, BBWSBS bakal menyusun bronjong di bibir Sungai Wiroko sebagai penahan gerusan air. “Kami juga disarankan untuk membuat surat permohonan pengerukan sedimen kepada BBWSBS. Sekarang kami sudah membuat permohonannya, tapi soal kapan bakal dikerjakan, kami belum mendapat konfirmasi,” jelasnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, menegaskan akar masalah di Sungai Wiroko adalah sedimentasi. Masalah yang sudah menahun terjadi itu berdampak pada sejumlah hal, seperti pendangkalan sungai dan menjadikan daerah bantaran sungai rawan banjir.

Menurutnya, lebar Sungai Wiroko dulunya hanya 30 meter. Sekarang, lebar sungai itu mencapai 150 meter. “Tapi dangkal imbas dari sedimentasi. Kejadian sedimentasi di Sungai Wiroko itu dapat mengubah bentuk alur sungai, bisa berupa penyempitan, dan pelebaran. Pada saat seperti itu, aliran sungai rawan berpindah,” kata Bambang kepada Solopos.com.

Ia tak dapat berbuat banyak untuk mengatasi sedimentasi sungai yang rawan menimbulkan bencana, seperti di Sungai Wiroko. Sebab, BPBD Wonogiri tak punya hak untuk ikut campur dalam penanganan sungai yang masuk dalam pengelolaan BBWSBS. Namun, ia mengaku sudah berulangkali berkoordinasi dengan BBWSBS agar dilibatkan menangani sedimentasi tersebut.

“Pemerintah daerah [kabupaten] sebenarnya siap, sepanjang mereka [BBWSBS] sudah angkat tangan, Pemkab akan biayai. Sepanjang BBWSBS memberi ruang, kami akan ke sana. Tapi selama ini enggak. Harusnya kan ada sinergisitas,” tegasnya.

Bambang menambahkan, masalah sedimentasi sungai tak hanya terjadi di Sungai Wiroko. Tapi seluruh DAS di Wonogiri, meliputi Keduang, Solo Hulu, Temon, Alang Unggahan, dan Wuryantoro. Seluruh DAS tersebut berada di bawah naungan BBWSBS.

Solopos.com mencoba meminta keterangan ihwal upaya lanjut yang BBWSBS lakukan untuk menangani sedimentasi DAS di Wonogiri. Hal itu termasuk langkah penanganan sedimentasi di Sungai Wiroko yang mengancam tanah permakaman di Dusun Ngambiawar, Desa Banyakprodo.

Namun, hingga berita ini ditulis, pihak BBWSBS belum ada yang bersedia dikonfirmasi. Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan (OP) BBWSBS, Sri Wahyu Kusumastuti, mengatakan setiap informasi yang disampaikan kepada masyarakat harus satu pintu, yakni melalui Humas BBWSBS.

Kemudian, Solopos.com diminta menghubungi Ketua Tim Hukum dan Komunikasi Publik Bagian Umum dan Tata Usaha BBWSBS, Novia Ana Lestari. Solopos.com berkirim pesan dan berupaya meminta keterangan dari Novia. Namun, ia belum berkenan memberikan keterangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya