Soloraya
Selasa, 31 Januari 2023 - 17:20 WIB

Tanaman Jagung di Barat Gunung Kemukus Sragen Jadi Percontohan Nasional

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani menunjukkan jagung yang siap panen di Dukuh Genengsari, Desa Bagor, Kecamatan Miri, Sragen, Selasa (31/1/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Pertanian jagung di Dukuh Genengsari, Desa Bagor, Kecamatan Miri, Sragen, menjadi percontohan nasional pengembangkan tanaman jagung di bawah binaan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) pusat. Pengembangan tanaman jagung itu diharapkan bisa menjadi komoditas kedua setelah padi di wilayah Bumi Sukowati, sebutan Kabupaten Sragen.

Dukuh Genengsari terletak 1 km di sebelah barat dari objek wisata keluarga dan religi Gunung Kemukus. Ada 76 petani Dukuh Genengsari yang mengembangkan tanaman tersebut.

Advertisement

Ketua Baznas, Prof. Noor Achmad, hadir langsung dalam panen raya jagung seluas 50 hektare bersama Bupati Sragen dan  petani setempat pada Selasa (31/1/2023). Noor memutuskan membatalkan segala acaranya karena melihat keseriusan Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati dalam menyejahterakan para petani Sragen.

“Ini panen jagung pertama yang diinisiasi Baznas. Tanam jagung ini seharusnya dilakukan di Sumatra dengan lahan seluas 500 hektare. Tetapi di sana lahannya belum siap sehingga program itu dialihkan ke Sragen. Jadi kalau baru 50 hektare ini masih kecil, silakan nanti minta lagi,“ ujar Noor.

Advertisement

“Ini panen jagung pertama yang diinisiasi Baznas. Tanam jagung ini seharusnya dilakukan di Sumatra dengan lahan seluas 500 hektare. Tetapi di sana lahannya belum siap sehingga program itu dialihkan ke Sragen. Jadi kalau baru 50 hektare ini masih kecil, silakan nanti minta lagi,“ ujar Noor.

Ia menjelaskan program tanaman pangan jagung ini berorientasi pada kesejahteraan umat dan mengentaskan kemiskinan. Dengan menanam jagung, Noor berharap para petani bisa berusah status dari mustahil (penerima zakat) menjadi muzaki (pemberi zakat).

“Kalau harga jagung per kilogramnya Rp4.000 dan hasil panen per petani katakanlah 4 ton maka uang yang diterima petani sudah Rp20 juta. Jagung ini panen dalam jangka waktu 3,5 bulan maka setiap bulannya petani mendapat hasil Rp5 juta-Rp6 juta. Ini potensi Sragen menjadi pusat pangan di Indonesia,“ jelas Noor.

Advertisement

“Sragen memang satu-satunya pilot project jagung dari Baznas,“ ujarnya.

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, berencana mengembangkan tanaman jagung ini tidak hanya di Bagor, tetapi juga di desa-desa lain di wilayah utara Bengawan Solo. Dia menginginkan jagung bisa menjadi komoditas terbesar kedua di Sragen setelah padi.

“Untuk inisiasinya biar Baznas dulu. Biar program ini dapat diadaptasi desa-desa lainnya,“ terangnya.

Advertisement

Petani setempat, Sriyadi, berterima kasih atas bantuan Baznas sehingga ia bisa memanen tanaman jagung seluas 1.500 meter persegi dengan hasil 6 kuintal. “Para petani ngudarasa supaya bibitnya diganti. Karena bibit jagung yang diberikan kurang cocok untuk lahan di Genengsari ini. Untuk tongkolnya diharapkan bisa diolah untuk pakan ternak atau pupuk,“ pintanya.

Petani jagung lainnya, Gimo, meminta jumlah tenaga pendamping petani ditambah karena selama hanya satu orang mengurusi 76 petani.

Semua permintaan para petani itu disanggupi Baznas Sragen. Bahkan dari Baznas menjanjikan bantuan mesin pengering jagung bila program tanam 100 hektare jagung berhasil.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif