Soloraya
Kamis, 22 Oktober 2020 - 19:07 WIB

Tangani Sampah Pasar, DLHK Klaten Gandeng Pembudiya Maggot BSF

Ponco Suseno  /  Ginanjar Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelaksanaan Sosialisasi Budidaya Maggot Solusi Alternatif Pengurangan Sampah bagi Komunitas Peduli Sungai dan Taman Sungai oleh DLHK Klaten di Lumpang Tjokro, Wangen, Polanharjo, Klaten, Kamis (22/10/2020). (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Klaten bakal menggandeng pembudidaya maggot black soldier fly (BSF) atau belatung lalat tentara hitam guna mengurai sampah organik di pasar tradisional di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Sesuai rencana, belatung BSF akan dipakai untuk mengurai sampah di Pasar Srago, Kecamatan Klaten Tengah dan Pasar Pedan, Kecamatan Pedan.

Advertisement

Upaya mengurai sekaligus mengurangi sampah di tingkat hulu itu menjadi salah satu poin penting saat digelar acara bertajuk Sosialisasi Budidaya Maggot Solusi Alternatif Pengurangan Sampah bagi Komunitas Peduli Sungai dan Taman Sungai oleh DLHK Klaten di Lumpang Tjokro, Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Kamis (22/10/2020).

Acara itu dibuka Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Dampak Lingkungan DLHK Klaten, Dwi Maryono. Hadir di acara tersebut sejumlah sukarelawan dan pegiat sekolah sungai di Klaten. Selama acara berlangsung terdapat tiga pembicara yang berbicara soal maggot.

Advertisement

Acara itu dibuka Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Dampak Lingkungan DLHK Klaten, Dwi Maryono. Hadir di acara tersebut sejumlah sukarelawan dan pegiat sekolah sungai di Klaten. Selama acara berlangsung terdapat tiga pembicara yang berbicara soal maggot.

Masing-masing, Kepala Desa (Kades) Joho, Kecamatan Prambanan, Yulis Tanto berbicara tentang Siklus Hidup Lalat; Jumar Santosa berbicara tentang Dampak Lalat BSF Terhadap Lingkungan; Danang Heri Subiantoro berbicara tentang Pembuatan Pakan Alternatif dari Maggot.

Bantuan PKH di Gilirejo Sragen Dipotong Uang Bensin, Kades Beri Penjelasan

Advertisement

Jumlah Sampah

Dwi Maryono mengatakan di Pasar Srago terdapat empat orang penyerap sampah organik. Setiap harinya, sampah organik di Pasar Srago mencapai 7 kuintal.

Sedangkan di Pasar Pedan sudah terdapat satu komunitas penyerap sampah organik. Satu komunitas itu berjumlah 18 orang. Sampah organik yang dihasilkan di Pasar Pedan mencapai 3-5 kuintal per hari.

Lahan Diukur, Pembangunan New Kemukus Sragen Segera Dimulai

Advertisement

"Kami akan fasilitasi pembudidaya maggot itu dengan bantuan sarana dan prasarana (sapras), seperti kendaraan roda tiga nantinya. Memang, budidaya maggot ini dapat membantu mengurangi sampah dan bisa menghasilkan pendapatan [menjadi bagian menyelesaikan sampah di hulu]. Jika semua sudah selesai di hulu seperti itu, harapannya sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Troketon, Pedan berkurang separuhnya. Sampah yang dibuang ke TPA Troketon setiap harinnya mencapai 70 ton," katanya.

Kepala Desa (Kades) Joho, Kecamatan Prambanan, Klaten, Yulis Tanto, mengatakan di desanya sudah mulai menerapkan mengurai sampah dengan mengoptimalkan maggot BSF. Tak hanya mengurai sampah organik, cara tersebut juga bisa mendatangkan pendapatan bagi pembudidayanya.

"Dalam budidaya maggot, bisa juga dikoordinasokan dengan pemdes [harga telur maggot di pasaran senilai Rp8.000 per gram]," katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif