SOLOPOS.COM - Seorang perempuan kuli panggul di Pasar Sayur Cepogo Boyolali, Suni, 50, saat menggendong keranjang sayuran, Minggu (17/3/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Di antara para tengkulak sayur dan pembeli yang memadati Pasar Sayur Cepogo, Boyolali, Minggu (17/3/2024), para kuli panggul hilir mudik membawa barang dagangan dari satu truk atau pikap ke truk atau pikap lainnya.

Mereka dengan cekatan bergerak meski memanggul barang berkilo-kilo gram. Para kuli panggul di Pasar Sayur Cepogo tersebut membawa keranjang sayur dengan berbagai cara baik dengan digendong di punggung atau disunggi di kepala. Beban yang ditanggung sama-sama berat sekitar 50 kilogram-100 kilogram sekali angkut.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Beban tersebut juga ditanggung salah satu kuli panggul perempuan paruh baya, Suni, 50. Dengan modal satu jarit dan sepatu bot semata kaki, ia menggendong sayur-sayuran tersebut. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Total dalam sehari, ia bisa memanggul ribuan kilogram sayur.

Ia mengaku telah 25 tahun menjadi kuli panggul di Pasar Sayur Cepogo, Boyolali. Walau mengangkat ribuan kilogram sayur per hari saat Ramadan, Suni mengaku tetap menjalankan ibadah puasa.

“Saya tetap puasa, full insyaallah. Pekerjaan saya tidak mengganggu puasa. Prinsipnya puasa tetap jalan, cari nafkah tetap jalan, biar dapat pahala,” kata perempuan warga Lerep, Cabeankunti, Cepogo, tersebut kepada Solopos.com, Minggu.

Suni menjelaskan rata-rata dalam sehari bisa memperoleh pendapatan sekitar Rp100.000 dengan tarif sekali mengangkut Rp3.000. Jika dalam sekali mengangkut, Suni bisa membawa 50 kilogram-100 kilogram, artinya dalam sehari Suni bisa mengangkut lebih dari 30 kali dan beban yang dibawanya dalam sehari mencapai ribuan kilogram.

Kecelakaan Kerja

“Tarifnya sama, baik yang 50 kilogram sampai 100 kilogram lebih dibayar Rp3.000 per angkut,” kata dia. Suni biasa bekerja mulai pukul 09.00 WIB termasuk ketika Ramadan. Pada hari biasa, ia pulang kerja pukul 18.00 WIB atau lebih. Namun saat Ramadan ia pulang pukul 17.00 WIB.

Saat ditanya kunci tetap kuat berpuasa walau bekerja mengangkut ribuan kilogram sayur per harinya, nenek empat cucu tersebut mengatakan tidak ada tips spesial. “Saya makan buka dan sahur seperti biasa dengan sayur, hanya saja setiap sahur saya minum susu. Yang membuat kuat hanya Allah SWT,” kata dia.

Selama 25 tahun bekerja sebagai kuli panggul, Suni mengaku tidak memiliki sakit di persendian tulangnya dan merasa sehat-sehat saja. Namun, ia menjelaskan sempat mengalami kecelakaan saat bekerja dan membuat kaki kanannya patah.

Peristiwa itu terjadi beberapa tahun lalu. Saat itu ia baru selesai mengangkat keranjang sayur ke dalam truk. Namun, pintu belakang truk akan ditutup dan dia berada di belakang kendaraan.

“Saat itu ban belakang truk ambles lalu pintunya patah dan jatuh kena kaki kanan saya. Kaki kanah patah dan saya berhenti bekerja empat bulan. Terus ya balik bekerja lagi, namanya kebutuhan hidup,” kata dia.

Menjaga Stamina

Ia menjelaskan alasan menjadi kuli panggul untuk membantu suaminya yang bekerja sebagai petani. Beban puluhan kilogram sekali angkut tersebut kini telah menjadi beban biasa bagi Suni karena sudah 25 tahun melakoni hal tersebut.

Hal senada disampaikan kuli panggul lain, Satimin, 50, yang telah 20 tahun bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Cepogo, Boyolali. “Saya insyaallah tetap puasa. Masalah kuat sih ini kan sudah pekerjaan setiap hari, dan ibadah puasa kan wajib dilaksanakan,” kata dia.

Timin mengungkapkan ia menjaga stamina saat puasa dengan makan makanan bergizi saat berbuka dan sahur. Dengan makanan sehat dan bergizi, ia merasa tidak terkendala saat bekerja mengangkat keranjang.

Ia menjelaskan berangkat ke pasar sayur pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Dalam sehari, ia tak menghitung berapa kali mengangkat beban.

“Per ngangkut rata-rata Rp2.500, untuk bobot ada yang 80 kilogram-100 kilogram. Sehari kadang Rp200.000-Rp300.000. Saya bekerja dari yang bayarannya dulu Rp50 jadi sekarang Rp2.500 sekali angkut,” kata dia.

Timin memilih pekerjaan sebagai kuli panggul karena itu satu-satunya pekerjaan yang ia jalani. Ia merasa lebih bisa mengandalkan kekuatan fisiknya dibanding yang lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya