Soloraya
Rabu, 27 Juli 2022 - 11:46 WIB

Tanpa Rudy, Kader PDIP Solo Gelar Tahlilan Kenang Tragedi Kudatuli

Kurniawan  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sekretaris DPC PDIP Solo Teguh Prakosa memberikan sambutan pada peringatan Kudatuli yang digelar DPC PDIP Solo di Rumdin Wawali Solo, Selasa (26/7/2022) malam. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO—Jajaran pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan (PDIP) Kota Solo menggelar pengajian dan tahlil bersama, Selasa (26/7/2022) malam.

Acara yang dilangsungkan di Rumah Dinas (Rumdin) Wawali Solo itu untuk mengenang tragedi kerusuhan dua puluh tujuh Juli 1996 atau dikenal dengan Kudatuli. Tragedi tersebut juga dikenal dengan Peristiwa Sabtu Kelabu.

Advertisement

Peristiwa itu merupakan pengambilalihan paksa Kantor DPP PDI di Jl. Diponegoro 58 Jakarta Pusat (Jakpus) yang dikuasai kubu Megawati Soekarnoputri. Sedangkan penyerbuan dilakukan pendukung Soerjadi yang merupakan hasil Kongres PDI di Medan.

Pantauan Solopos.com, pengajian dan tahlil tak dihadiri Ketua DPC PDIP Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, lantaran sedang dalam lawatan ke Vatikan.

Advertisement

Pantauan Solopos.com, pengajian dan tahlil tak dihadiri Ketua DPC PDIP Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, lantaran sedang dalam lawatan ke Vatikan.

Tapi, jajaran pengurus DPC PDIP Solo terlihat datang seperti Y.F. Sukasno, Suharsono, dan Roro Indradi Sarwo I.

Ada juga Her Suprabu, Ety Isworo, serta anggota Fraksi PDIP DPRD Solo.

Advertisement

“Pagi tadi berangkat ke Vatikan, saya antar tadi. Rencananya Pak Rudy pulang sampai Solo 8-9 Agustus 2022,” ujar dia.

Ihwal kegiatan pengajian dan tahlil bersama yang diselenggarakan, menurut Teguh diikuti 200 an kader dari berbagai unsur.

Seperti badan-badan, organisasi sayap, pimpinan anak cabang (PAC) hingga DPC.

Advertisement

Teguh berharap jajaran pengurus PDIP Solo bisa memetik pelajaran penting dari tragedi Kudatuli 1996, terutama bagaimana untuk menjaga soliditas dan introspeksi diri.

“Jaga soliditas dan introspeksi. Kita bagian yang menerima enaknya. Orang lama sudah merasakan Kudatuli, tapi kader yang baru, tidak merasakan itu. Ini mengingatkan bahwa kita harus bisa jadi wakil rakyat yang seusai dengan harapan rakyat,” urai dia.

Seorang pemimpin, lanjut Teguh, harus memegang teguh prinsip meraih kekuasaan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Tidak boleh seorang pemimpin yang memenangi pertempuran hanya berpikir untuk kepentingan sendiri dan kelompok.

Advertisement

Tidak hanya mengenang, menurut Teguh, kegiatan malam itu juga untuk mendoakan para korban Kudatuli, baik yang meninggal dunia dan yang belum ditemukan.

“Kami doakan semoga bisa diterima di sisi Tuhan atau tempat terbaik di sisi Nya,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif