SOLOPOS.COM - Ilustrasi kemiskinan. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri masih optimistis bisa mengejar target penurunan angka kemiskinan menjadi hanya satu digit atau di bawah 10% pada 2024 meski hal itu tidak mudah mengingat tantangan yang kian berat.

Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri melaporkan persentase penduduk miskin di Wonogiri pada Maret 2023 masih 10,94%. Artinya Pemkab Wonogiri setidaknya harus mengentasnya minimal 1% atau sekitar 1.000 warga miskin pada 2024 untuk mencapai target angka kemiskinan satu digit.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Meski hanya 1%, angka itu cukup berat. Berdasarkan data BPS Wonogiri, angka kemiskinan Wonogiri per data Maret 2023 dibanding Maret 2022 hanya turun 0,05% dari 10,99% menjadi 10,94%. Selama setahun itu, jumlah penduduk miskin dari yang semula 105.190 jiwa berkurang menjadi 104.820 jiwa.

Dengan kata lain, jumlah penduduk miskin dalam kurun waktu itu hanya berkurang 370 jiwa. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperinda) Wonogiri, Heru Utomo, saat hubungi Solopos.com, Selasa (16/1/2024), mengatakan tingkat kemiskinan di Wonogiri pada 2023 turun meski tidak signifikan.

Penurunan itu mengindikasikan intervensi Pemkab Wonogiri dalam masalah kemiskinan cukup berdampak. Kendati demikian, Heru menyebutkan Pemkab memiliki tantangan besar untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi satu digit angka pada 2024 sesuai target yang sudah ditetapkan.

Setidaknya Pemkab harus bisa menurunkan angka kemiskinan sebanyak 1% selama pada 2024. Dengan jumlah penduduk miskin 104.820 jiwa, satu persennya berarti sekitar 1.000 jiwa. Meski tidak mudah, dia meyakini Pemkab Wonogiri dengan sumber daya yang ada masih bisa mencapai target tersebut.

”Kami tentu harus optimistis untuk mencapai target itu. Paling tidak, angka kemiskinannya 9,99% pada 2024. Artinya harus ada penurunan 1%,” kata Heru.

Berita resmi statistik BPS Wonogiri menyebutkan angka kemiskinan Wonogiri itu masih berada di atas rata-rata angka kemiskinan Jawa Tengah yang sebesar 10,77% dan Indonesia 9,3%. Wonogiri masuk dalam zona 1 bersama 16 dari 35 kabupaten/kota lain yang memiliki angka kemiskinan di atas rata-rata Jawa Tengah.

Adapun zona dua yaitu kabupaten/kota yang memiliki tingkat kemiskinan setara atau hampir setara dengan Jawa Tengah sebanyak empat kabupaten/kota. Sementara zona 3 merupakan 14 kabupaten/kota dengan angka kemiskinan di bawah rata-rata Jawa Tengah.

Program Bantuan Pemerintah

Heru melanjutkan optimisme Pemkab Wonogiri untuk menurunkan kemiskinan di bawah 10% itu karena beberapa alasan. Misalnya pada enam bulan awal 2024, pemerintah bakal menggelontorkan sejumlah bantuan pangan kepada warga yang masuk data percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem (P3KE).

Jumlah warga yang masuk dalam data itu lebih dari 400.000 jiwa tersebar di seluruh kecamatan di Wonogiri. Di sisi lain, berbagai program intervensi kemiskinan dengan kolaborasi anggaran dari APBN, APBD provinsi dan kabupaten, serta dana desa masih terus dilakukan.

“Kami yakin program-program itu akan berdampak pada penurunan angka kemiskinan,” jelasnya. Sebagai informasi, garis kemiskinan di Wonogiri pada Maret 2023 senilai Rp414.901/kapita/bulan.

Artinya BPS Wonogiri menilai penduduk yang memiliki pengeluaran di bawah garis kemiskinan itu masuk kategori miskin. Garis kemiskinan pada 2023 itu naik 10,12% dibandingkan pada 2022 yang senilai Rp376.763/kapita/bulan.

Garis kemiskinan di Wonogiri pada 2024 ini merupakan yang terendah dibandingkan enam kabupaten/kota lain di Soloraya. Kendati demikian, Wonogiri menduduki peringkat ketiga kabupaten/kota di Soloraya dengan persentase penduduk miskin tertinggi setelah Sragen dan Klaten.

Kabupaten di Soloraya yang memiliki garis kemiskinan paling dekat dengan Wonogiri yaitu Boyolali yang senilai Rp420.339/kapita/bulan. Dengan garis kemiskinan itu, angka kemiskinan di Wonogiri sebesar 9,81% atau setara 97.480 jiwa.

Sementara itu, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, kepada Solopos.com, baru-baru ini, menyampaikan simbol-simbol kemiskinan seperti rumah tidak layak huni (RTLH) sudah berkurang jauh di Wonogiri.

Tingkat pengangguran terbuka Wonogiri bahkan menjadi salah satu yang terendah di Jawa Tengah. Dia berharap BPS bisa membuka data kemiskinan itu kepada Pemkab Wonogiri by name by address agar segera bisa diintervensi.

“Masa [penurunan kemiskinan] kami hanya bergeser [turun] 0,05%, dan [penurunan] itu cukup tinggi dibandingkan yang lainnya. Tolong tanyakan ke BPS,” ujar pria yang akrab disapa Jekek itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya