SOLOPOS.COM - Bagian dalam masjid dengan saka guru berusia ratusan tahun di Masjid Barokah, Desa Juwiran, Kecamatan Juwiring, Klaten, saat digelar tarawih keliling, Rabu (3/4/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Safari tarawih keliling atau tarling yang digelar Pemkab Klaten memasuki putaran kedelapan dan berlangsung di Masjid Barokah, salah satu masjid kuno bersejarah di Dukuh Kahuman, Desa Juwiran, Kecamatan Juwiring, Klaten, Selasa (2/4/2024) malam.

Tarling dihadiri Bupati Klaten Sri Mulyani, Wakil Bupati Klaten Yoga Hardaya, serta sejumlah pejabat organisasi perangkat daerah (OPD) dan perwakilan Forkopimda. Rangkaian kegiatan diawali dengan Salat Isya dan tarawih berjamaah.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Selain itu, kegiatan diisi dengan penyerahan bantuan tabungan Simpel Ayah dari Bank Jateng untuk anak yatim, sembako kepada warga, hingga penyerahan bantuan Al-Qur’an kepada takmir masjid.

Sri Mulyani menjelaskan dari keterangan takmir, Masjid Barokah di Juwiran, Klaten, itu sudah berumur ratusan tahun. Dia mengapresiasi jemaah masjid tersebut yang selama ratusan tahun menjaga, merawat, serta terus meramaikan dan mengisi berbagai kegiatan keagamaan di salah satu masjid kuno itu.

Mulyani mengaku terkesan dengan sambutan warga pada pelaksanaan tarling malam itu. “Masyarakat di sini antusiasmenya bagus. Semoga ini menjadi berkah Ramadan,” kata Mulyani saat ditemui wartawan dalam kegiatan tarling tersebut.

Mulyani berpesan agar semangat gotong dan terus merawat serta mengisi aktivitas masjid dengan berbagai kegiatan syiar bisa terus dijaga. Pada kesempatan itu, Mulyani juga menyatakan siap merealisasikan permohonan takmir masjid setempat, salah satunya permohonan bantuan karpet baru.

Ia menjelaskan pada Ramadan tahun ini Pemkab menggelar tarling di 10 lokasi. Masjid yang dipilh untuk kegiatan tarling yakni masjid kuno dan unik serta memiliki nilai sejarah.

Mulyani berharap kedatangan jajaran ASN Pemkab Klaten beserta rombongan Forkopimda dalam kegiatan tarling ke masjid-masjid kuno bisa membawa berkah dan memakmurkan masjid yang didatangi.

Salah satu sesepuh takmir masjid, Sukidi, 86, mengatakan sebagian sesepuh menyebut masjid itu sebagai masjid tiban. Tidak ada yang tahu persis kapan masjid itu dibangun. Ketika ada permukiman di kawasan tersebut, masjid itu sudah berdiri serta tak diketahui siapa pendirinya.

Hanya, pada salah satu kayu penyangga bangunan masjid itu ada angka 1377 yang diyakini sebagai angka tahun berdirinya masjid itu. Sukidi menjelaskan masjid tersebut dipugar sekitar 1970. Saat itu, bangunan masjid diperluas. Meski ada pemugaran, saka guru masjid itu tetap dipertahankan sesuai aslinya.

“Pada zaman dulu, bagian depan ada dua pohon kelapa. Dulu saat saya masih kecil, kalau mau mengumandangkan azan itu di pohon kelapa itu dibuat rumah-rumahan kemudian ada corong pengeras suara. Jadi kalau mau mengumandangkan azan harus naik dulu ke rumah-rumahan itu,” kata Sukidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya